Ikuti Kami

Presiden Minta Masyarakat Tidak Mudah Terhasut Berita Hoaks

Presiden berpesan kepada masyarakat agar jangan mudah dipanas-panasi "kompor" yang menggunakan hoaks dan isu-isu negatif.

Presiden Minta Masyarakat Tidak Mudah Terhasut Berita Hoaks
Presiden Joko Widodo memperlihatkan Surat Keputusan (SK) perhutanan sosial saat menghadiri penyerahan Surat Keputusan tersebut di taman hutan wisata punti kayu Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (25/11/2018). Presiden Joko Widodo menyerahkan Surat Keputusan (SK) izin hak guna lahan seluas 56.000 hektare hutan sosial untuk 9.500 Kepala Keluarga (KK) yang berada di sejumlah Kabupaten Provinsi Sumatera Selatan.

Palembang, Gesuri.id - Presiden Joko Widodo berpesan kepada masyarakat agar jangan mudah dipanas-panasi "kompor" yang menggunakan hoaks dan isu-isu negatif pemecah-belah persatuan bangsa.

Imbauan tersebut disampaikan Presiden saat memberi sambutan setelah menerima gelar adat Rajo Balaq Mangku Nagara, di Griya Agung, Palembang, Minggu (25/11).

Baca: Menangkal Hoax, Masyarakat Harus Melek Politik

"Saya kadang-kadang geleng-geleng ini satu kampung, satu RT atau RW, tidak saling menyapa gara-gara pilihan bupati, gubernur, atau presiden. Ada majelis taklim, gara-gara pilihan presiden tidak saling menyapa." kata Presiden.

Padahal, kata Jokowi, pilihan bupati, gubernur, presiden, wali kota bukan saat ini saja atau rutin setiap lima tahun itu ada.

"Kita ini saudara, sebangsa, dan se-Tanah Air. Jangan lupakan itu. Ini karena banyak kompor, karena dipanas-panasi, dikompor-kompori jadi panas semuanya," katanya.

Ia berpesan agar masyarakat menggunakan hati nurani dan pendapat masing-masing serta rasional dalam menentukan pilihannya.

"Pilihan gubernur silakan pilih A, B, C, atau D kalau calonnya empat, yang bupati juga silakan pilih A, B, atau C. Tapi jangan sampai ada gesekan sekecil apapun, jangan sampai ada konflik," katanya.

Jokowi kembali mengingat, Indonesia adalah negara besar dengan 714 suku dengan bahasa daerahnya juga berbeda-beda. Sementara bahasa daerah ada lebih dari 1.100 yang juga berbeda di berbagai wilayah.

"Saya belajar di sini nanti pergi ke Jawa Barat, lupa lagi. Dari Jawa Barat pergi ke Sumut lupa lagi. Saya sering ingat misalnya seperti di Jawa Barat, setelah salam 'sampurasun'. Kemudian di Sumut ada 'horas', tapi saya pernah tiga kali keliru," katanya.

Ia mengatakan, perbedaan itu anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa Indonesia yang harus disyukuri.

"Sudah menjadi sunnatullah, sudah menjadi garis, bahwa kita ini bermacam-macam, berbeda-beda, dan berwarna-warni. Tapi kalau kita bisa menyatukan, ini akan menjadi aset terbesar, energi besar, bagi bangsa ini maju ke depan," katanya.

Baca: Mendagri Anjurkan Camat Sosialisasikan Kinerja Jokowi

Oleh karena itu ia berpesan agar jangan sampai Indonesia maju secara teknologi tapi mundur secara kebudayaan.

"Teknologi indonesia maju, tradisi, adat dan kebudayaan bangsa kita juga harus ikut maju," tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, dia juga mengajak masyarakat adat Komering untuk berperan aktif dalam menjaga persatuan dan kerukunan bangsa Indonesia.

Quote