Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS, menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas musibah banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Semoga keluarga yang kehilangan orang tercinta diberi kekuatan, masyarakat yang mengungsi diberikan ketabahan, dan setiap langkah pemulihan dipermudah oleh Allah SWT,” ujar Prof. Rokhmin dalam pernyataannya, dikutip Selasa (2/12).
Rektor Universitas UMMI Bogor sekaligus Guru Besar Fakultas Kelautan dan Perikanan IPB University itu menegaskan bahwa pemerintah harus hadir untuk meringankan beban korban, sekaligus meningkatkan kemampuan dalam antisipasi bencana alam, khususnya banjir.
Ia menyoroti bahwa penyebab utama banjir di Sumatera Utara tidak lepas dari kerusakan lingkungan hidup akibat pembabatan hutan, lemahnya penjagaan kawasan hutan lindung, serta dampak perubahan iklim global.
“Jika disebabkan oleh manusia, maka pemerintah dan rakyat harus kompak, solid, bekerja keras, ikhlas, dan cerdas untuk mengurangi bahaya bencana alam ke depan,” tegas Prof. Rokhmin Dahuri, yang pernah menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001–2004.
Di tengah duka, ia mengajak seluruh masyarakat untuk bergotong royong membantu para korban, menjadikan peristiwa ini sebagai pengingat penting untuk lebih menjaga alam dan ruang hidup bersama.
“Kami bersama rakyat Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat serta daerah lainnya yang terkena bencana. Semoga para korban mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya dan negeri ini diberi keselamatan serta perlindungan,” ungkap Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI).
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M., menyampaikan perkembangan penanganan bencana hidrometeorologi yang melanda Provinsi Sumatera Utara, Aceh dan Sumatra Barat dalam konferensi pers dari Bandara Silangit, Tapanuli Utara, Sumatra Utara, Jumat (28/11). Dalam keterangannya, sebanyak 174 jiwa meninggal dunia, 79 hilang dan 12 luka-luka akibat bencana ini.
Adapun dampak dari bencana yang terjadi di Sumatra Utara, hingga saat ini terdapat 116 korban meninggal dunia dan 42 orang hilang. Korban tersebar di beberapa wilayah, di antaranya Tapanuli Utara sebanyak 11 orang, Tapanuli Tengah 51 orang, Tapanuli Selatan 32 orang, Kota Sibolga 17 orang, Humbang Hasundutan 6 orang, Kota Padang Sidempuan 1 orang, serta Pakpak Barat 2 orang. Mandailing Natal tidak melaporkan korban jiwa.
“Per hari ini kami mendata korban meninggal dunia 116 dan 42 masih dalam pencarian. Tentu saja data ini akan berkembang terus masih ada titik-titik yang belum ditembus. Yang diindikasikan di lokasi longsor itu mungkin juga ada korban jiwa,” ungkap Suharyanto.
Kepala BNPB menegaskan bahwa tim SAR gabungan terus melakukan evakuasi meski medan sulit ditembus. Hingga kini, masih ada ratusan orang hilang dan pencarian terus dilakukan.
Bencana ini turut mengganggu sistem jaringan telekomunikasi sehingga memicu keterlambatan pendataan, distribusi hingga perkembangan informasi di lapangan. BNPB mendatangkan solusi berupa penyediaan alat penyedia jaringan internet starlink yang sementara ditempatkan di lokasi pengungsian maupun di posko penanganan darurat.
“Starlink sudah didistribusikan ke pemerintah daerah, baik di titik pengungsian maupun di posko penanganan darurat,” pungkas Suharyanto.

















































































