Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Sadarestuwati menyoroti kecilnya laba bersih yang dicatatkan PT Nindya Karya dan PT Brantas Abipraya meskipun kedua BUMN karya tersebut masih dikategorikan sehat. Hal itu ia sampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI dengan jajaran direksi kedua perusahaan di Gedung DPR, Jakarta, Senin (17/11).
Sadarestuwati mengapresiasi kinerja keduanya, namun menilai margin laba yang disajikan tidak sebanding dengan besarnya nilai kontrak.
“Kalau kita lihat laba bersih dari kontrak tersedia, laba ini sangat amat kecil. Hitungannya hanya 0,1 sampai 0,2 persen,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa bila perusahaan swasta membukukan margin serendah itu, kondisi tersebut sudah masuk kategori merugi.
“Menurut saya, kalau perusahaan swasta dengan laba bersih sekian ini, kami katakan masih rugi,” ucapnya.
Legislator asal Jawa Timur itu meminta penjelasan rinci terkait alokasi pendapatan usaha yang diperkirakan mencapai Rp10,22 triliun namun hanya menghasilkan laba bersih sekitar Rp120 miliar.
“Bisakah saya diberi tahu penjelasannya? Ini ke mana saja larinya uang ini?” tegas Sadarestuwati.
“Apakah hanya untuk biaya operasional dan penggajian, atau ada hal lain seperti investasi untuk anak atau cucu perusahaan?”
Ia menekankan pentingnya transparansi agar Komisi VI tidak menaruh prasangka buruk terhadap laporan keuangan yang disampaikan.
“Kami ingin ada satu kejelasan sehingga kami tidak menjadikan apa yang disajikan ini menjadi pikiran buruk bagi kami,” katanya.
Sadarestuwati juga menegaskan bahwa Komisi VI akan tetap memberikan dukungan penuh kepada BUMN karya agar mampu bersaing secara global.
“Tentunya kami ingin memberikan support sebesar-besarnya untuk perusahaan pelat merah agar bisa bersaing,” ujarnya.

















































































