Ikuti Kami

Yulius Setiarto: Gerakan Penghijauan, Wujud Nyata Bela Negara Berbasis Ekologi

Yulius menegaskan kehadirannya di Wonogiri dilandasi ikatan batin sebagai putra daerah asli Wonogiri.

Yulius Setiarto: Gerakan Penghijauan, Wujud Nyata Bela Negara Berbasis Ekologi
Yulius, legislator Dapil Banten III (Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan) saat menghadiri Gerakan Penghijauan PAWONMAS bersama Laskar Sadiman di Wonogiri, Jawa Tengah. 

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi I DPR RI, Yulius Setiarto, menegaskan gerakan penghijauan bukan sekadar aktivitas lingkungan, melainkan bagian penting dari ketahanan nasional dan wujud nyata bela negara berbasis ekologi.

Hal itu disampaikan Yulius, legislator Dapil Banten III (Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan) saat menghadiri Gerakan Penghijauan PAWONMAS bersama Laskar Sadiman di Wonogiri, Jawa Tengah. 

Meski kini mengabdi di Senayan untuk wilayah Banten, Yulius menegaskan kehadirannya di Wonogiri dilandasi ikatan batin sebagai putra daerah asli Wonogiri.

“Saya berdiri di sini bukan hanya sebagai Anggota DPR RI, tetapi sebagai anak Wonogiri. Tanah yang berbukit, berbatu, tetapi melahirkan manusia-manusia tangguh yang bisa hidup dan menciptakan kehidupan di mana pun,” ujar Yulius, dalam keterangan tertulis kepada Media, Jakarta, Minggu (28/12).

Ia menggambarkan Wonogiri sebagai wilayah dengan bentang alam yang beragam, dari kawasan karst di selatan, perbukitan di tengah, hingga dataran dan waduk di timur, yang melahirkan kearifan lokal tentang harmoni antara manusia dan alam.

Menurut Yulius, tradisi masyarakat Wonogiri sejak lama mengajarkan bahwa hutan bukan sekadar kumpulan pohon, melainkan ruang hidup yang harus dihormati. Kearifan seperti menjaga sendang, melindungi pohon di sekitar sumber air, hingga larangan menebang sembarangan, menjadi fondasi etika ekologis masyarakat desa.

“Leluhur kita percaya, hutan yang dijaga akan menjaga manusia. Dan hari ini, apa yang dilakukan Mbah Sadiman dan Laskar Sadiman adalah melanjutkan laku hidup itu, bukan proyek, tetapi pengabdian,” tegasnya.

Dalam sambutannya, Yulius juga mengaitkan gerakan penghijauan Wonogiri dengan kisah historis Presiden pertama RI, Soekarno, yang menggagas penghijauan di Padang Arafah pada 1955. Pohon-pohon yang dikenal sebagai “Pohon Soekarno” hingga kini tumbuh rindang dan menjadi simbol warisan hijau Indonesia di Tanah Suci.

“Jika di tanah segersang Arafah saja penghijauan bisa dilakukan, maka di Wonogiri, meski tanahnya kering dan berbatu, kita tidak punya alasan untuk menyerah. Menanam pohon adalah menanam harapan,” kata Yulius.

Ia juga mengutip pandangan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri yang menekankan bahwa krisis lingkungan adalah krisis etika, serta pentingnya prinsip Memayu Hayuning Bawana, merawat dunia agar tetap sejahtera.

Sebagai Anggota DPR RI Komisi I, Yulius menekankan bahwa isu lingkungan berkaitan langsung dengan stabilitas nasional.

“Tanpa hutan kita kehilangan air, tanpa air kita kehilangan pangan, dan tanpa pangan kita kehilangan stabilitas sosial. Karena itu, gerakan penghijauan ini adalah bagian dari ketahanan nasional,” jelasnya.

Ia menyebut gerakan Laskar Sadiman sebagai patriotisme sunyi, lahir dari desa, dari rakyat, namun berdampak lintas generasi. Menanam dan merawat pohon hari ini, menurutnya, adalah investasi strategis bagi masa depan bangsa. 

Menutup sambutannya, Yulius berharap kelak anak-cucu Wonogiri dapat mengenang generasi hari ini sebagai generasi yang memilih menjaga alam di tengah krisis ekologis.

“Menanam hari ini, memanen masa depan. Merawat alam, dari Wonogiri untuk Indonesia,” pungkasnya.

Quote