Ikuti Kami

TKN Jokowi-Kiai Ma’ruf Hargai Kritikan Oposisi

Sudah menjadi tugas oposisi untuk mengkritik, dan justru terasa aneh jika mereka tidak mengkritik kerja pemerintah.

TKN Jokowi-Kiai Ma’ruf Hargai Kritikan Oposisi
Ketua Dewan Pengarah tim kampanye nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Jusuf Kalla (tengah). Foto: Gesuri.id/ Gabriella Thesa Widiari.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Dewan Pengarah tim kampanye nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Jusuf Kalla menyebutkan kritikan dari pihak oposisi sangat wajar terjadi pada suatu pemerintahan.

"Ya namanya politik, oposisi selalu begitu, jadi di mana pun selalu begitu. Namun demikian yang memilih kan rakyat keseluruhan, yang akan melihat itu, bahwa apa yang telah dicapai akan dilanjutkan pencapaiannya secara lebih baik lagi. Tapi tentu ada koreksi," ujar JK usai menggelar rapat bersama TKN di kediamannya, Jalan Brawijaya no.6, Jakarta Selatan, Senin (17/12).

Baca: Kader Banteng Punya Mitra Tanding Saat Kubu PS ke Jateng

Hal senada juga disampaikan oleh Dewan pengarah TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Pramono Anung. Menurutnya, sudah menjadi tugas oposisi untuk mengkritik, dan justru terasa aneh jika mereka tidak mengkritik kerja pemerintah.

"Memangkan sebagai oposisi, saya kebetulan berpengalaman 10 tahun di luar pemerintah, ya harus mengkritisi. Kalau sebagai oposisi tidak mengkritisi malah aneh, kita kangen dikritisi," ujar Pramono.

Namun, Pramono mengatakan, kritikan dari oposisi tidak berpengaruh besar pada elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 01

"Tidak, (elektabilitas) hampir relatif sudah flat ya, kecuali kalau nanti debat dimulai pada tanggal 17 Januari, apakah debat itu bisa mempengaruhi pemilih karena kalau dilihat dari kampanye yang ada per hari ini sebenarnya relatif flat," ucap Pramono.

Pramono mengakui timnya selama ini terus mengamati hasil elektabilitas Jokowi yang menurut beberapa lembaga survei mengalami penururnan tren. Hasilnya, TKN belum melihat adanya penurunan yang signifikan.

Baca: Pemindahan Markas BPN Untungkan TKD Jateng

"Apa yang disampaikan oleh beberapa lembaga survei yang mengumumkan ke publik itu relatif belum ada perubahan secara signifikan terhadap perbedaan, lagipula masih ada undecided voternya," kata Menteri Sekretaris Negara ini.

"Sekarang ini undicided voternya masih lumayan, di antara 10-12 persen. Angka itu jika dihitung mudah-mudahan akan mendekati dengan tingkat kepuasan yang ada," tambahnya.

Quote