Ikuti Kami

Aria Bima: Sriwedari Bukan Hanya Ruang Seni, Tapi Simbol Peradaban dan Warisan Budaya Bangsa

Sriwedari: Sriwedari bukan hanya ruang seni. Ia adalah taman kehidupan. Tempat lahirnya Lawak Sri Murad

Aria Bima: Sriwedari Bukan Hanya Ruang Seni, Tapi Simbol Peradaban dan Warisan Budaya Bangsa
Wakil Ketua Komisi ll DPR RI Aria Bima.

Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi ll DPR RI Aria Bima mengingatkan pentingnya menjaga keberlangsungan Sriwedari sebagai pusat kebudayaan yang menyatukan masyarakat Surakarta lintas generasi. 

Menurutnya, Sriwedari tidak hanya menjadi ruang seni, tetapi juga simbol peradaban dan warisan budaya bangsa.

“Kawan-kawan, Sriwedari bukan hanya ruang seni. Ia adalah taman kehidupan. Tempat lahirnya Lawak Sri Murad,” kata Aria Bima, dikutip pada Senin (29/9/2025).

Ia menuturkan bahwa Sriwedari memiliki sejarah panjang sebagai pusat hiburan rakyat. 

“Gagilan dan keroncong PC. Gedungnya pernah menjadi pusat hiburan dan pasar malam. Malaman hingga taman hiburan tahun 1946,” ucapnya.

Aria Bima menjelaskan bahwa perjalanan Sriwedari tidak lepas dari keterlibatan pemerintah kota dan masyarakat yang menjaga eksistensi seni di sana. 

“Pak Gelaran Wayang Orang Sriwetari beralih ke Pemerintah Kota Praja Surakarta dan Pariwisata Pembat Surakarta hingga hari ini. Hanya Wayang Orang Sriwetari yang masih menggelar pertunjukan setiap malam,” jelasnya.

Namun, ia menyayangkan bahwa beberapa kelompok seni lain kini hanya bisa tampil secara terbatas. 

“Sementara lompok lain kini hidup dalam irama berkala atau bahkan sekedar dalam siaran radio,” ujarnya.

Menurutnya, mosaik seni Solo akan terasa kurang lengkap tanpa kehadiran kelompok-kelompok masyarakat yang tetap menjaga tradisi. 

“Namun mosaik seni solo akan terasa kurang lengkap tanpa hadirnya perkumpulan masyarakat Surakarta atau Wayang Orang BMS. Kelompok ini beranggotakan warga keturunan Tionggua dan sudah ada sejak 1932. Dulu mereka dikenal sebagai Cuan Ming Pun Hui,” ungkapnya.

Ia memuji Wayang Orang BMS sebagai jembatan antara tradisi Tionghoa dan Jawa. 

“Sebuah gabungan organisasi sosial Tionggua yang mencintai dan menjaga budaya Jawa. Sejak 1 Oktober 1959 namanya berubah menjadi BMS. Dengan semangat amatir, nonkomersial dan persaudaraan Wayang Orang BMS menjadi jembatan yang menyatukan tradisi Tionggua dan Jawa,” paparnya.

Bagi Aria Bima, panggung Sriwedari mengajarkan bahwa seni adalah bahasa universal yang melampaui batas identitas. “Di panggung mereka seni benar-benar menjadi bahasa universal, penghubung dari tengah keberagaman. Sriwedari dalam segala dinamikanya mengajarkan kita bahwa martabat seni bukan soal asal-usul. Panggung mewah atau seberapa lur ia dipandang melainkan tentang daya tahan, pengorbanan dan cinta yang diwariskan lintas generasi,” tuturnya.

Ia menegaskan bahwa seni tradisi yang dulu sempat diremehkan kini justru menjadi kebanggaan nasional. 

“Dari seni yang dulu dicemoh sebagai barangan, kini justru tumbuh menjadi warisan tak ternilai bangsa,” pungkasnya.

Quote