Ikuti Kami

Ficky Septalinda Raih Gelar Doktor Usai Teliti Partisipasi dalam Forum Reses DPRD

Ficky meneliti partisipasi dalam forum reses DPRD dengan mengusung pendekatan anggaran partisipatif (participatory budgeting).

Ficky Septalinda Raih Gelar Doktor Usai Teliti Partisipasi dalam Forum Reses DPRD
Anggota DPRD Banyuwangi, Ficky Septalinda.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPRD Banyuwangi, Ficky Septalinda, resmi menyandang gelar doktor setelah mempertahankan disertasinya dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember. 

Ficky meneliti partisipasi dalam forum reses DPRD dengan mengusung pendekatan anggaran partisipatif (participatory budgeting).

Dalam disertasinya yang berjudul “Participatory Budgeting pada Forum Reses DPRD Banyuwangi”, Ficky mengembangkan gagasan Yves Cabannes untuk menganalisis kualitas partisipasi publik dalam reses. Ia menekankan lima dimensi penting yang menjadi indikator keberhasilan partisipasi: dimensi partisipatif, finansial, politik, regulasi, dan spasial.

Baca: Ganjar Beberkan Penyebab Kongres PDI Perjuangan Belum Digelar

“Kelima dimensi ini bukan hanya alat ukur, tapi juga peta jalan untuk memperbaiki kualitas forum reses. Tanpa keseimbangan antar-dimensi, partisipasi masyarakat hanya bersifat simbolik,” tegas Ficky dalam ujian terbuka disertasinya di hadapan para penguji.

Sebagai aktor politik yang juga menjadi subjek dari penelitiannya, Ficky menyadari tantangan dalam menerapkan gagasannya di lapangan. Namun, ia menegaskan bahwa perubahan sistemis dalam proses penganggaran berbasis partisipasi membutuhkan waktu dan konsistensi.

“Peningkatan partisipasi masyarakat itu penting, bukan hanya formalitas forum, tapi benar-benar melibatkan warga dalam pengambilan keputusan. Dan untuk itu, dibutuhkan langkah konkret mulai dari aspek regulasi hingga komitmen politik,” ujarnya.

Dalam paparannya, Ficky juga menawarkan model ideal forum reses yang menyeimbangkan tiga elemen utama: partisipasi politik, tata kelola (governance), dan pendekatan teknokratis. Menurutnya, ketiga elemen ini harus berjalan seiring agar partisipasi publik dalam penyusunan anggaran tidak hanya bersifat administratif atau retoris.

Diskusi disertasi berlangsung dinamis, terutama ketika salah satu penguji, Budi Santoso, mempertanyakan komitmen Ficky untuk menerapkan temuannya, mengingat ia sendiri merupakan anggota legislatif aktif di Banyuwangi.

“Sebagai seorang peneliti sekaligus pelaku politik, bagaimana Anda memastikan bahwa rekomendasi ini tidak hanya jadi monumen?” tanya Budi kritis.

Ficky dengan tenang menjawab bahwa dirinya berkomitmen menjadikan hasil penelitiannya sebagai acuan perbaikan internal dalam forum reses DPRD Banyuwangi. Ia menekankan bahwa perubahan yang menyentuh struktur dan kebijakan tidak dapat terjadi seketika.

Baca: Ganjar Tekankan Pentingnya Loyalitas Kepala Daerah

“Semuanya tentu butuh waktu. Tapi saya percaya, jika ada kemauan politik dan dukungan regulasi yang tepat, semua bisa diusahakan,” pungkasnya.

Sidang promosi Ficky Septalinda ini dihadiri oleh sejumlah akademisi terkemuka, di antaranya Prof. Bambang Irawan dari Universitas Mulawarman, Bevaola Kusumasari dari UGM, Prof. Abu Bakar Eby Hara, Panca Oktawirani, dan Budhy Santoso. Para penguji sepakat bahwa disertasi Ficky memiliki kontribusi praktis dan teoritis dalam bidang administrasi publik .

Dengan kelulusan ini, Ficky menjadi salah satu politisi perempuan Banyuwangi yang berhasil menggabungkan praktik politik dan kajian kajian akademik di tingkat doktoral.

Quote