Ikuti Kami

Ray Rangkuti: Gelar Pahlawan untuk Soeharto Bentuk Amnesia Sejarah

Wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto merupakan bentuk amnesia sejarah bangsa.

Ray Rangkuti: Gelar Pahlawan untuk Soeharto Bentuk Amnesia Sejarah
Aktivis 98 & Direktur Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti - Foto: Nurdin/Gesuri.id

Ciputat, Gesuri.id – Aktivis 98 dan Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti menilai, wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto merupakan bentuk amnesia sejarah bangsa. Pernyataan itu muncul dalam diskusi publik bertajuk “Tolak Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto” yang digekar Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci) di Ciputat, Sabtu (8/11).

Menurut Ray, melupakan sejarah sama berbahayanya dengan mengulang kesalahan yang sama. “Kita sedang kehilangan arah moral ketika pelaku pelanggaran HAM diangkat menjadi simbol kepahlawanan,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa bangsa yang sehat adalah bangsa yang berani menghadapi masa lalunya, bukan menutupinya dengan penghargaan. “Kalau Soeharto disebut pahlawan, bagaimana dengan korban Tanjung Priok, Semanggi, Timor Leste, dan Papua?” tegasnya.

Ray mengajak para mahasiswa untuk menjaga ingatan kolektif bangsa agar tidak direduksi oleh kepentingan politik. “Kita harus menulis ulang sejarah dengan kejujuran, bukan glorifikasi,” ujarnya.

Aktivis 98 yang turut hadir juga menilai bahwa pemberian gelar kepada Soeharto hanya akan memperdalam luka bangsa. “Kami menolak karena masih banyak keluarga korban yang belum mendapatkan keadilan,” kata salah satu aktivis.

Menurut mereka, penghormatan terhadap korban adalah bentuk penghormatan terhadap kemanusiaan. “Memberi gelar kepada pelaku justru menghapus suara korban,” tambahnya.

Formaci menegaskan bahwa perjuangan mahasiswa tidak akan berhenti di jalan, tetapi juga dalam menjaga kesadaran sejarah bangsa.

“Menolak Soeharto jadi pahlawan bukan soal dendam masa lalu, tapi soal tanggung jawab moral agar bangsa ini tidak buta sejarah,” pungkas Ray.

Quote