Temanggung, Gesuri.id – Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Wibowo Prasetyo, mengajak ratusan siswa madrasah di Kabupaten Temanggung untuk menjadi generasi digital yang cerdas, beretika, dan berakhlak mulia. Pesan itu ia sampaikan dalam seminar bertajuk “Membangun Etika dan Keamanan Siswa di Era Digital” yang digelar di Hotel Aliyana Temanggung, Jumat (24/10/2025).
Kegiatan yang diinisiasi oleh Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Ditjen Pendidikan Islam Kemenag RI ini berlangsung interaktif, diikuti oleh para siswa dan guru pendamping dari berbagai madrasah di Temanggung. Hadir pula Prof. Fatah Syukur, Dekan FITK UIN Walisongo Semarang, dan Prof. Adi Atmoko dari Universitas Negeri Malang sebagai narasumber.
Dalam suasana akrab, Wibowo mengingatkan bahwa dunia digital ibarat “dunia dua lapis” — dunia nyata dan dunia maya — yang harus dihadapi dengan kesadaran etika dan tanggung jawab moral.
“Kalau di dunia nyata kita tahu mana jalan raya dan mana parit, di dunia digital batasnya sering kabur. Banyak yang tergelincir bukan karena niat jahat, tapi karena tak paham etika dan tak sadar bahaya,” ujar Wibowo.
Seminar ini merupakan bagian dari kegiatan masa reses DPR RI yang dimanfaatkan Wibowo Prasetyo untuk menyapa langsung para siswa madrasah dan dunia pendidikan Islam di daerah pemilihannya, Jawa Tengah VI.
Dalam suasana santai, Wibowo mengajak para siswa memahami bahwa dunia digital ibarat “dunia dua lapis”, yakni dunia nyata dan dunia maya, yang kini menjadi ruang hidup sehari-hari generasi muda.
Melalui sejumlah ice breaking dan permainan ringan, Wibowo mengingatkan bahwa etika digital adalah bentuk adab di dunia maya.
“Kalau di madrasah kita belajar sopan santun kepada guru dan teman, di internet pun ada adabnya. Sebelum unggah sesuatu, tanyakan tiga hal: benarkah, bermanfaatkah, dan beradabkah,” ucapnya disambut tepuk tangan peserta.
Sementara itu, Prof. Fatah Syukur menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai Islam sebagai fondasi etika digital bagi siswa madrasah.
Menurutnya, prinsip-prinsip seperti tabayyun, tawadhu’, dan ihsan harus menjadi pedoman setiap kali seseorang berinteraksi di dunia maya.
“Santri itu punya bekal luar biasa. Ajaran akhlak dan adab dalam Islam bisa menjadi kompas moral di tengah arus digital yang serba cepat. Jangan sampai kita jadi pintar teknologi tapi kehilangan kebijaksanaan,” ujar Prof. Fatah.
Ia menambahkan, dunia digital sebenarnya bisa menjadi ladang amal jika digunakan dengan bijak.
Banyak contoh santri dan siswa madrasah yang kini aktif berdakwah lewat konten edukatif dan kreatif.
“Kalau jempol digunakan untuk menyebarkan kebaikan, itu bisa jadi amal jariyah digital,” tambahnya.
Di akhir sesi, Wibowo Prasetyo mengingatkan peserta agar selalu berpikir sebelum mengunggah sesuatu di media sosial.
“Teknologi itu netral. Yang membuatnya baik atau buruk adalah manusianya. Maka sebelum jadi pengguna digital, jadilah manusia beretika,” katanya.
Menurutnya, masa depan digital Indonesia tidak hanya ditentukan oleh teknologi yang canggih, tetapi oleh manusia yang berakhlak dan beretika.
“Jadilah generasi madrasah yang tidak hanya melek teknologi, tapi juga melek hati,” terangnya.
Kegiatan ini menjadi bagian dari agenda reses DPR RI yang dimanfaatkan untuk kegiatan edukatif dan inspiratif.
Selain menyerap aspirasi pendidikan, Wibowo menilai kegiatan seperti ini penting untuk memperkuat karakter digital generasi muda madrasah.
“Madrasah punya potensi besar melahirkan generasi unggul, religius, dan tangguh menghadapi tantangan zaman. Dunia digital bukan ancaman, tapi peluang untuk dakwah dan kebaikan,” pungkasnya.

















































































