Ikuti Kami

Energi Nasionalisme Puan Maharani

Oleh: Ketua DPP PDI Perjuangan/ Ketua Baleg DPR RI, Said Abdulah.

Energi Nasionalisme Puan Maharani
Ketua DPR RI Dr. (H.C) Puan Maharani.

Jakarta, Gesuri.id - Sebagian besar masyarakat negeri ini terperangah dan terpesona ketika menyaksikan kehadiran Ketua DPR RI Puan Maharani dalam event balap Formula E. 

Apalagi ketika melihat kecerahan Mbak PM, panggilan akrab Puan Maharani, berselfie ria bersama Gubernur Anies Baswedan, yang diapit Presiden Jokowi dan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo.

Kehebohan pemberitaan demikian luar biasa. Reaksi para netizen di media sosial sungguh meriah walau tetap tak bisa meninggalkan pro kontra serta berbagai pertanyaan. Kok bisa, Mbak PM demikian cair bersama Anies Baswedan. Demikian antara lain yang mengemuka di berbagai jaring media sosial, komunikasi WhatApp dan lainnya.

Keterpesonaan yang bernuansa kekagetan itu bukan tanpa dasar. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada semacam persepsi yang menganggap Mbak PM, yang merupakan salah satu pimpinan PDI Perjuangan memiliki jarak dengan Anies Baswedan, yang selama ini dianggap representasi keislaman konservatif. Setidaknya, diklaim sebagai mewakili semangat keislaman.

Baca: Puan Ajak Kader PDI Perjuangan Terus Bekerja Untuk Rakyat

Sebuah kesalahan logika memang walau secara objektif pemikiran yang menganggap dua sosok, memiliki jarak relatif jauh bertebaran di media sosial dan jaringan komunikasi pribadi. Karena itu, kehadiran Mbak Puan, seperti menebarkan keterkejutan relatif kuat.

Namun, sebenarnya jika dikaji lebih jauh, persepsi menganggap berjarak dengan label keislaman dan nasionalisme tak lebih sebatas asumsi atau paling tidak pemikiran lebih bernuansa pemetaan politik kurang berdasar. Karena, jarak-jarak itu pada tataran aplikatif, praktis tidak ada.

Sekedar contoh, PDI Perjuangan, yang disebut partai nasionalis, ternyata memiliki organisasi sayap bernama Baitul Muslimin. Atau, coba membuka momen Pilpres 2004, ketika Ibu Megawati sebagai calon Presiden PDI Perjuangan berpasangan dengan KH Hasyim Muzadi, yang merupakan pucuk pimpinan Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di negeri ini.

Lebih menukik sedikit ke personal seorang Mbak Puan, makin terlihat jelas rekam jejaknya yang demikian intens menjalin silaturahmi dengan ormas Islam terbesar Nahdlatul Ulama maupun Muhammadiyah. Beberapa waktu lalu, praktis Mbak Puan merupakan sedikit tokoh yang sangat bersemangat memberikan ucapan selamat ketika Pemuda Muhammadiyah berulang tahun, beberapa hari lalu.

Kehadiran Mbak Puan pada ajang balap Formula E, duduk berdamping dengan Presiden Jokowi, Gubernur Jakarta Anies Baswedan, Ketua MPR Bambang Soesatyo merupakan wujud riil DNA nasionalismenya, yang mengedepankan kepentingan keindonesiaan di atas segala-galanya. Perbedaan bagian dari dinamika alamiah, menggambarkan keanekaragaman keindahan negeri ini dan Puan Maharani, sebagai cucu Proklamator Bung Karno, Putri Sulung Ibu Megawati menjadi pengawal terdepan NKRI.

Baca: Puan Maharani Apresiasi Atas Dedikasi Para Bidan

Tentu, melalui kehadiran itu Mbak PM mencairkan berbagai persepsi perbedaan yang sempat ditebar mereka yang tidak ingin negeri ini dalam kedamaian. Ia, secara riil telah menurunkan tensi dunia politik terkait hiruk pikuk wacana pencalonan Presiden dan Wakil Presiden. Mbak PM bukan sekedar cucu Bung Karno, tetapi juga menggenapkan hati dan pikirannya untuk sejalan dengan pemikiran kakeknya. Bukan karakter Mbak PM bila harus meraih kekuasaan dengan membuat garis garis pemisah.

Mbak PM paham betul falsafah hidup Bung Karno sebagaimana yang dituliskannya melalui Dedication of Life (1966), bahwa pengabdian terhadap Tuhan, tanah air dan bangsanya adalah kenikmatan dan bekal hidupnya. Tour of duty nya diberbagai pengabdian ikut menempa kematangan kepemimpinannya. Perjalanan itu saya kira menjadi refleksi dan perenungan Mbak PM, dan memilih jalan politiknya untuk cair kepada siapapun.

Sebagai satu-satunya perempuan dalam wacana konstetasi Pilpres 2024, Mbak Puan seakan menebarkan angin sejuk bersemangat keibuan untuk Indonesia tercinta. Selalu dibutuhkan keindahan, keceriaan dan senyum sumringah, seorang pemimpin perempuan. Karena di sana, selalu ada kelembutan, semangat merangkul dan bukan memukul untuk kedamaian dan ketentraman negeri ini.

Quote