Ikuti Kami

Genjot Ekspor Perikanan, Rokhmin: Perlu Deregulasi Kebijakan

Nilai ekspor perikanan bisa kembali masuk dalam daftar 10 penyumbang devisa terbesar di Indonesia.

Genjot Ekspor Perikanan, Rokhmin: Perlu Deregulasi Kebijakan
Politikus PDI Perjuangan, Rokhmin Dahuri.

Jakarta, Gesuri.id - Politikus PDI Perjuangan yang juga Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri mengusulkan langkah deregulasi kebijakan dalam rangka meningkatkan ekspor komoditas sektor kelautan dan perikanan.

Baca: Rokhmin: Bangun Pesisir dan Lautan Bernilai Tambah Tinggi

"Jika pemerintah melakukan deregulasi, nilai ekspor perikanan bisa kembali masuk dalam daftar 10 penyumbang devisa terbesar di Indonesia, dengan nilai sebesar 5,8 miliar dolar AS, menduduki peringkat ke 9," kata Rokhmin Dahuri dalam rilis, Senin (10/9).

Rokhmin memaparkan pada saat ini ekspor kelapa sawit dan produk oleochemical adalah penghasil devisa terbesar. Kemudian, lanjutnya, penghasil devisa terbesar lainnya adalah pariwisata, tekstil dan garmen, migas, serta batubara.

Ia mengingatkan bahwa pada 2014 ekspor produk perikanan Indonesia berada pada peringkat ke-6 dari 10 besar penghasil devisa.

Namun, lanjutnya, sejak 2015 hingga 2018, ekspor perikanan tidak masuk lagi pada 10 besar komoditas penghasil devisa Indonesia.

"Turunnya peringkat ekspor perikanan disebabkan anjloknya hasil produksi komoditas tuna, cakalang, kepiting hidup hasil budidaya, kerapu hidup hasil budidaya, udang hasil tangkapan di Arafura," ucapnya.

Menurut dia, anjloknya produksi perikanan disebabkan berbagai regulasi yang kontraproduktif, seperti moratorium perpanjangan izin kapal nelayan yang diimpor secara legal, larangan "transshipment", larangan pengiriman kepiting ukuran tertentu dan betina, dan hambatan akses kapal buyer ikan kerapu hidup hasil budidaya.

Selain deregulasi, ia menyarankan agar dilakukan langkah lainnya yaitu mempercepat proses perizinan dan perpanjangan perizinan. Juga mengembangkan "aquaculture" atau perikanan budi daya yang potensi ekonominya 240 miliar dolar AS per tahun.

Langkah lainnya adalah menerapkan teknologi modern untuk tambak garam sehingga produktivitasnya naik hingga 400 persen dan kualitasnya juga naik agar bisa memasok seluruh kebutuhan garam dapur dan industri dengan target bisa menghemat devisa dari impor garam sebesar 1,4 miliar dolar AS per tahun.

Baca: Rokhmin: Krisis Rupiah, Momentum RI Jadi Bangsa Produktif

Kemudian, mengoptimalkan kapasitas terpasang industri pengolahan ikan dengan menjamin pasokan bahan baku ikan dari dalam negeri yang potensi tangkapan ikannya 12.5 juta ton per tahun, dengan potensi ekspor sekitar 12 miliar dolar AS per tahun.

Quote