Ikuti Kami

Putra Ingatkan Milenial Hormat Orang Tua & Cinta Pancasila

“Kenapa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu penting. Kalau kita tidak memahaminya, bagaimana kita mau berperilaku setiap hari"

Putra Ingatkan Milenial Hormat Orang Tua & Cinta Pancasila
Anggota MPR RI Fraksi PDI Perjuangan Putra Nababan saat menjadi pembicara dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR RI tentang Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI di Kampus IBM ASMI, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (11/12/2019) - Foto: Elva Nurrul Prastiwi

Jakarta, Gesuri.id – Anggota MPR RI Fraksi PDI Perjuangan Putra Nababan mengingatkan anak muda milenial Jakarta Timur untuk menjadikan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila sebagai karakter jati diri bangsa dalam kehidupan sehari-hari. 

“Pancasila sangat relevan untuk dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama dalam nilai-nilai soal gotong royong dan mufakat. Bahkan HRD dari perusahaan saja yang diperhatikan itu karakter dari si anak,” kata Putra dalam Kegiatan Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Kampus Institut Bisnis Multimedia (IBM) ASMI, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (11/12/2019).

Kepada mahasiswa dan dosen serta Rektor dan jajarannya, Putra menyampaikan cerita saat kunjungan kerja Komisi X DPR RI ke kawasan industri di Cikarang terkait hubungan dunia industri dengan pendidikan vokasi.

“Perusahaan mengundang kami para Anggota DPR untuk berdiskusi tentang kebutuhan dunia industri. Mereka bilang ke saya, Pak Putra, IPK itu hanya sampai HRD. Mau IPK-nya kamu 3,75 atau 2,50 itu Cuma sampai HRD. Lewat HRD, IPK tidak dibawa-bawa. Berhenti di situ,” katanya. 

Dilanjutkan Putra, ada dua hal yang perusahaan perlukan dalam dunia pekerjaan: pertama, attitude atau perilaku. Perilaku yang mana? Attitude pertama, menghormati orang tua. Kedua, cinta Pancasila. 

“Kaget saya. Modal itu yang mereka perlukan. Kalau anak gak punya itu, gak akan bertahan lama. Akan belagu, gak mau mendengar, gak ngerti mufakat, maunya menang-menangan. Gak mau kerja tim, kolaborasi. Itu bahasa kerennya sekarang. Kalau dulu Bung Karno gotong royong. Ini yang ngomong industri, lho. Manajer HRD banyak di situ,” paparnya.  

Selain itu, Putra juga berpesan kepada mahasiswa IBM ASMI untuk jangan lari dari akar asal usul kebudayaannya. Orang yang lari dari akarnya, biasanya dia orang yang tidak punya pondasi yang kuat.

“Kenapa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu penting. Kalau kita tidak memahaminya, bagaimana kita mau berperilaku setiap hari. Bagaimana kita mau menunjukkan karakter kita sebagai anak bangsa di dalam pekerjaan kita, dalam kehidupan di kampus, sebagai anak di keluarga, dengan tetangga dan sebagainya,” ungkap Putra.

Putra memberikan contoh bagaimana orang tuanya menanamkan pendidikan karakter yang mengutamakan budi pekerti, sopan santun, tenggang rasa dan menghormati yang lebih tua.

Politisi PDI Perjuangan itu mengisahkan bagaimana prestasi tertingginya selama berkarir menjadi seorang jurnalis: wawancara Presiden Amerika Serikat Barack Obama di White House (Gedung Putih), Washington DC, Amerika Serikat menjadi kebanggaan bagi orang tuanya. Karena ia menjadi satu-satunya orang Asia pertama yang wawancara Presiden Obama. 

Karena kebanggaan itu, orang tuanya sampai mencetak poster ukuran besar saat ia wawancara Presiden Barack Obama dan menempelkannya di kampung halamannya di Siborongborong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

“Foto saya wawancara dengan Presiden Obama dipasang di depan rumah di Kampung halaman. Tapi poster foto saya itu tidak lebih dari 24 jam langsung dicopot. Tetangga pada komentar, si Nababan ini tidak tahu sopan santun. Diangkat kakinya saat wawancara dengan Presiden. Orang tua saya dianggap tidak mengajarkan sopan santun.” 

Padahal saat itu, lanjut Putra, wawancaranya dengan Obama menjadi trending topic dunia. Keren di dunia, tapi di kampungnya: mengangkat kaki saat berbicara di depan Presiden dianggap tidak tahu etika. 

“Itulah kearifan lokal. Dan itu yang membuat saya tidak sombong. Itu yang dimaksud Bung Karno: kearifan lokal. Satu bulan kemudian saya wawancara Presiden Portugal di Lisbon, tidak saya angkat kaki lagi. Takut gak laku di kampung,” cerita Putra.

Selain itu, kepada mahasiswa dan mahasiswi yang hadir, Putra juga mengungkapkan bagaimana ia mengajari anak-anaknya bagaimana cara menghormati orang tua.

“Saya sampai sekarang masih menerapkan ke anak-anak saya: jangan pernah berdiri dari meja makan sebelum papa mama selesai makan. Jangan pernah kau ambil lauk itu, sebelum mamamu menuangkan ke bapakmu dulu,” tutur Putra.

Dalam kegiatan Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, Putra juga meluruskan bagaimana sejak Orde Baru telah terjadi distorsi sejarah Pancasila. Adanya de-Soekarnoisasi dijelaskan Putra, telah menghilangkan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945 yang digagas Bung Karno.

Quote