Ikuti Kami

Tragedi 27 Juli, Narendra Berjaga Berbekal Senjata Tajam

Pada 27 Juli 1996 ayahnya langsung tegang setelah menerima telefon dari seseorang. 

Tragedi 27 Juli, Narendra Berjaga Berbekal Senjata Tajam
Kepala Sekretariat DPP Banteng Muda Indonesia (BMI) Narendra Kartiyasa Kiemas. 

Jakarta, Gesuri.id - Tragedi 27 Juli 1996 telah menorehkan kesedihan mendalam di hati setiap kader PDI Perjuangan, khususnya yang mengalami langsung maupun tak langsung peristiwa tersebut. 

Salah satunya Kepala Sekretariat DPP Banteng Muda Indonesia (BMI) Narendra Kartiyasa Kiemas. 

Baca: Kudatuli Ajarkan Inti Kekuatan Moral Politik Jatuhkan Tirani

Putra tokoh senior PDI Perjuangan, almarhum Nazarudin Kiemas itu mengisahkan, pada 27 Juli 1996 ayahnya langsung tegang setelah menerima telefon dari seseorang. 

Setelah menerima telefon tersebut,  ayanya sibuk menelepon kesana-sini. Setelah itu, sambung Narendra, dirinya dan abang nya dipanggil oleh sang Ayah, dan disuruh jangan tidur. Bahkan dia dan abangnya dikasih senjata tajam oleh Nazaruddin untuk berjaga-jaga. 

"Almarhum ayah saya bilang kantor PDI di (Jalan) Diponogoro diserang, beberapa om saya terperangkap didalamnya, mereka disuruh lari kerumah samping DPP PDI, kalau tak salah dari rumah Alm M Hatta loncat ke samping," ungkap Narendra. 

Namun, lanjut Narendra, banyak teman-teman seperjuangan yang tidak selamat.

Baca: Narendra Ungkap Cara Basmi Mafia Alat Kesehatan

Keesokan harinya, Narendra melihat beberapa motor intel mondar-mandir didepan rumahnya. Kemudian ada tukang mie ayam mangkal disamping rumahnya, membawa HT panjang. 

"Hari kedua saya bangun pagi, tukang mie ayam udah datang dr jam 6. Saya keluar dari umah kemudian pesan mie ayamnya dengan perasaan kacau balau, lalu bertanya : 'pak, dari kesatuan mana?'.  Besoknya tukang mie ayamnya tak datang lagi, diganti sama tukang tambal ban di seberang rumah," ujar Narendra.

Quote