Ikuti Kami

Rusmarnie Rusli: Negara Harus Sediakan Susu Murah untuk Anak

Rusmarnie: Agar pada saat tahun 2045 Indonesia sudah siap sebagai penentu masa depan Indonesia di usia 100 tahun alias satu abad.

Rusmarnie Rusli: Negara Harus Sediakan Susu Murah untuk Anak
Ketua DPN REPDEM Bidang Kesehatan, Perempuan dan Anak Rusmarnie Rusli.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPN REPDEM Bidang Kesehatan, Perempuan dan Anak Rusmarnie Rusli menyampaikan bahwa meski susu memiliki banyak manfaat, ternyata jumlah konsumsi susu di Indonesia masih terbilang rendah, setidaknya jika dibandingkan beberapa negara di Asia Tenggara lainnya. Hal itu iya sampaikan dalam Diskusi Media bertajuk "Salah Kaprah Susu, Kesehatan Anak dan Peran Media Sosial yang digelar di Jl. Wijaya, Jakarta Selatan (14/2).

Baca: Hasto: Koalisi yang Digaungkan Golkar-PKB Bukan Ancaman

Menurutnya, berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) 2021, tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia tahun 2020 adalah 16,27 kg/kapita/tahun, meningkat 0,25 persen dari tahun 2019. 

"Negara harus menyediakan susu yang murah untuk rakyatnya, agar pada saat tahun 2045 Indonesia sudah siap sebagai penentu masa depan Indonesia di usia 100 tahun alias satu abad. Di masa itu, ditargetkan Indonesia sudah menjadi negara maju dan telah sejajar dengan negara adidaya. Masyarakat Indonesia masih  sering salah kaprah bahwa minuman yang berwarna putih adalah susu," ujar Rusmarnie Rusli, Ketua DPN-REPDEM Bidang Kesehatan, Perempuan dan Anak meluruskan salah kaprah mengenai susu yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan, seperti susu kedelai atau soya.

Lebih lanjut Rusmarnie memeaparkarkan jika susu merupakan salah satu sumber gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Bagi anak-anak, susu memenuhi kebutuhan vitamin D dan kalsium. Konsumsi susu dapat menyehatkan tulang anak dan membantu tumbuh kembang anak.

“Indonesia hingga saat ini masih menghadapi ancaman stunting atau kekurangan gizi yang kemudian mengganggu pertumbuhan anak. Anak yang stunting memiliki tubuh yang kerdil dibandingkan dengan teman-teman seusianya. Tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan tubuh, stunting juga mempengaruhi pertumbuhan otak,” jelasnya.

Sementara di lokasi yang sama, Sekjen KOPMAS Yuli Supriati mengatakan harga susu yang masih tinggi dianggap barang mewah membuat masyarakat kebanyakan membeli kental manis untuk balita bahkan bayinya karena berbagai alasan, salah satunya faktor ekonomi. Padahal kental manis sendiri sebenarnya peruntukannya adalah sebagai topping, dan berbahaya dikonsumsi secara berlebihan karena kandungan gulanya yang banyak.

Yuli memaparkan hasil temuan timnya di lapangan seputar konsumsi kental manis sebagai susu pengganti untuk anak.

"Kami menemukan banyak masyarakat terutama orang tua yang masih memberikan kental manis sebagai pengganti susu untuk anaknya. Hal ini sangat kami sayangkan,dan ini menandakan masih minimnya tingkat edukasi dan literasi di kalangan masyarakat hingga kurangnya akses informasi bagi masyarakat," Jelas Yuli.

Sementara itu, dr. Agnes Tri Harjaningrum, Sp. A Ahli Gizi menjelaskan, rendahnya literasi di masyarakat memicu dampak jangka pendek dan panjang bagi kesehatan anak. Masalah tersebut bisa mengganggu kesehatan anak, baik dari segi pemenuhan gizi sampai pertumbuhannya. 

Baca: Pedagang Starling Ditendang Satpol PP, Rio: Aksi Arogan!

Jangka pendek bisa membuat anak obesitas. Sementara jangka panjang bisa menyebabkan stunting pada anak, juga penyakit lain," ujar dr. Agnes.

Acara tersebut  Sekjend Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) Yuli Supriati, Pengamat Sosial Devie Rahmawati, Ketua DPN Repdem Rusmarnie Rusli dan dokter spesialis anak, dr. Agnes Tri Harjaningrum, MsC, S.pA.

Quote