Ikuti Kami

Aria Bima Ajak Jadikan Kota Solo, Kota yang Sejuk, Damai, dan Toleran

Solo harus menjadi daerah yang toleran, daerah yang sejuk, dan daerah yang damai.

Aria Bima Ajak Jadikan Kota Solo, Kota yang Sejuk, Damai, dan Toleran
Aria Bima dalam sosialisasi empat pilar kebangsaan yang diselenggarakan di Loji Gandrung, Selasa, (05/08/2025).

Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Aria Bima mengajak menjadikan Kota Solo. Jadi kota yang sejuk, damai, dan juga toleran.
  
Hal ini disampaikan Aria Bima dalam sosialisasi empat pilar kebangsaan yang diselenggarakan di Loji Gandrung, Selasa, (05/08/2025).

Dimana dihadiri oleh hampir semua takmir masjid di empat kecamatan di Kota Solo dan juga tokoh Islam. Mulai dari LDII, MTA, Muhammadiyah, NU, MDI, dan MUI.
  
“Islam di Indonesia ini sudah cukup dikenal sebagai Islam yang sejuk, Islam yang damai, Islam yang memberikan ruang toleransi yang begitu besar. Maka sosialisasi hari ini itu harus menjadi warna. Solo harus menjadi daerah yang toleran, daerah yang sejuk, dan daerah yang damai,” ungkapnya.

Aria Bima berharap para tokoh Islam dan para takmir masjid. Setelah sosialisasi ini dapat dijadikan ssbagai pilar penyangga maupun penguatan untuk empat pilar bernegara.

“Bisa dijadikan sebagai satu keteladanan. Bagaimana keislaman dan kebangsaan ini akan mewujud di dalam proses fungsi masjid, tidak hanya tempat berdoa sebagai fungsi utama.Tapi juga tempat membangun suatu peradaban Islam yang rahmatan lil alamin,” sambungnya.
  
Aria Bima mengutarakan bahwa keislaman dan kebangsaan juga sudah diwariskan oleh para pendiri bangsa ini.

“Hasyim Asy’ari ya kan, ada juga Ki Bagus Hadi Kusumo, Bung Karno dan para panitia 9 dengan Pancasilanya. Itu bisa dikontekstualisasikan di masyarakat Solo yang saat ini begitu cepatnya hal-hal yang menyangkut kegiatan toleransi atau intoleransi itu menyebar ke seluruh wacana publik di dunia,” katanya.

Aria Bima lanjut mencontohkan ada seorang mahasiswa Kristiani di Universitas Muhammadiyah di Medan.
  
Dirinya mendapatkan beasiswa dan mendapatkan kehormatan untuk mewakili wisudawan yang mayoritas Islam. Dirinya menyampaikan pidato di depan civitas akademik, kemudian itu menyebar ke seluruh dunia.


Begitu juga bagaimana Muhammadiyah di NTT di Papua yang mayoritas adalah umat Kristen. Tapi Muhammadiyah sangat memberikan warna Islam yang demikian sejuk.

Demikian juga di Kota Solo ada gereja bersandingan dengan masjid di Kratonan. Dulu itu dianggap biasa saja, hal yang wajar.

Namun begitu ada media sosial, diglorifikasi ke seluruh dunia. Betapa orang melihat bahwa toleransi di Kota Solo sudah menjadi suatu peradaban, sudah menjadi value tata perilaku masyarakat.
  
“Nah, hari ini kita cuma sharing saja ya karena para tokoh agama, para takmir masjid ini sudah terbiasa melakukan itu. Tetapi dengan penguatan ini diharapkan umat Islam, tokoh Islam dan takmir masjid di Kota Solo menjadi komponen penguatan untuk faktor-faktor integrasi bangsa. Sehingga warna Islam yang kadang dinilai radikal, ekstrem, intoleran, tapi dengan warna Islam di Solo menjadikan Islam yang damai,” pungkasnya.

Quote