Ikuti Kami

Darul Hasyim Fath Beberkan Makna Pancasila

Darul Hasyim Fath menerangkan, bahwa bicara Pancasila bukan bicara indoktrinasi. 

Darul Hasyim Fath Beberkan Makna Pancasila
Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Ideologi DPC PDI Perjuangan Sumenep, Darul Hasyim Fath.

Sumenep, Gesuri.id - Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Ideologi DPC PDI Perjuangan Sumenep, Darul Hasyim Fath menerangkan, bahwa bicara Pancasila bukan bicara indoktrinasi. 

Sebab kalau bicara Pancasila dari sisi indoktrinasi, itu sama dengan mengamini era despotisme orde baru selama 32 tahun.

Menurut dia, bicara Pancasila haruslah bicara sebuah diskursus. Bicara Pancasila haruslah bicara konklusi, kita harus bicara Pancasila dari sisi melihat residu ideologi-ideologi yang saling bertikai dalam abad peradaban dunia.

Baca: Gilang Harap Presiden Jokowi Bisa Damaikan Rusia-Ukraina

"Sebab, kata Bung Karno: Pancasila menjadi perasan dari sosialisme, menjadi perasan dari kapitalisme, menjadi perasan dari kebaikan-kebaikan dan kearifan Nusantara," jelas Darul, dalam acara dialog yang digelar RRI Sumenep, dengan tajuk Beranda Nusantara, Rabu (22/6).

Generasi saat ini, jelas Darul, seolah-olah Pancasila tidak bisa mengakomodir perkembangan zaman, seolah-olah Pancasila membosankan, seolah-olah Pancasila menjadi doktrin yang membuat semua menjadi resah dengan keadilan yang belum tercipta.

"Itu hanya soal cara kita sebagai generasi memberlakukan dirinya melihat sejarah. Kalau kita sebagai generasi hanya ingin membuat penagih janji negeri ini, bahwa cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, belum lah tunai sebagaimana yang tertuang dalam asas-asas negeri ini. Dan itu menjadi sila di Pancasila," katanya.

"Itu soal pilihan kita sebagai narasi. Apakah kita akan memilih generasi sebagai penagih janji, atau menjadi bagian dari generasi republik ini yang ikut menunaikan janji republik kepada seluruh cita-cita republik," tambah dia.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Komisi I DPRD Sumenep itu menegaskan bahwa Pancasila itu bukan value, bukan sebagai nilai yang menggambarkan republik ini mengalami broken promise, yang seolah-olah ada janji yang terabaikan. 

Sebab, menurut dia, Pancasila itu menjadi cita-cita yang disepahami, yang aktual, dan perlu aktualisasi dari generasi-generasi cerdas yang tidak miskin literasi.

Baca: Basarah Ajak Promosikan Pancasila & Indonesia ke Dunia

Sementara itu, Wakil Ketua Rektor I INSTIKA Guluk-guluk, Dr. Damanhuri berbicara Pancasila dari persepektif kalangan santri. Menurut dia, peran ulama dan santri dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sangatlah luar biasa.

Dia menjelaskan, ulama dan santri memiliki sejarah panjang dalam terbentuknya NKRI. Sebut saja seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah, dan KH. Wahid Hasyim, yang terlibat langsung dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, lewat resolusi jihadnya.

"Maka tidak salah, Presiden Jokowi menghadiahi 22 Oktober sebagai Hari Santri. Karena pada waktu itu, perjuangan santri dalam merebut kemerdekaan Indonesia, sangatlah luar biasa," katanya.

Quote