Jakarta, Gesiri.id - Anggota DPRD Jawa Barat Diah Fitri Maryani menekankan pentingnya menjadikan literasi sebagai senjata utama dalam melawan penyebaran hoaks dan informasi palsu yang marak di masyarakat.
Menurutnya, literasi di era digital tidak hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan memahami, menganalisis, serta memverifikasi informasi yang beredar di ruang publik.
Baca: Ganjar Nilai Ada Upaya Presiden Prabowo Rangkul PDI Perjuangan
“Hari Literasi harus menjadi pengingat bersama bahwa masyarakat yang literat akan lebih kritis dalam menerima informasi, sehingga tidak mudah terjebak provokasi dan berita bohong,” ujar Diah Fitri, Senin (8/9).
Legislator PDI Perjuangan ini menilai, derasnya arus informasi di media sosial sering kali membuat masyarakat kesulitan membedakan fakta dan opini. Jika dibiarkan, kondisi ini berpotensi memecah belah persatuan serta menurunkan kepercayaan terhadap institusi publik.
Karena itu, Diah mendorong kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas literasi, dan media massa untuk menghadirkan program-program edukasi literasi digital yang lebih masif. Misalnya, melalui kampanye cek fakta, pelatihan literasi digital di sekolah, serta gerakan membaca di tingkat keluarga.
“Anak-anak muda harus diajak jadi garda terdepan melawan hoaks. Caranya dengan membekali mereka keterampilan berpikir kritis sejak dini, baik lewat sekolah maupun komunitas,” tambahnya.
Baca: Ganjar Tegaskan Negara Tak Boleh Kalah
Peringatan Hari Literasi tahun ini, lanjut Diah, diharapkan menjadi momentum untuk menguatkan kesadaran bersama bahwa literasi bukan hanya soal buku, tetapi juga tentang membangun masyarakat yang cerdas, bijak, dan tahan terhadap manipulasi informasi.
Adapun Hari Literasi Internasional yang diperingati setiap tanggal 8 September, merupakan hari yang diumumkan oleh UNESCO pada 17 November 1965 sebagai peringatan untuk menjaga pentingnya melek huruf bagi setiap manusia, komunitas, dan masyarakat.