Ikuti Kami

Gotong Royong hingga Toleransi: Nilai-Nilai Pancasila Menghidupi Keseharian Masyarakat

Nilai-nilai luhur dasar negara itu justru menemukan napasnya yang paling authentic dalam implementasi keseharian masyarakat.

Gotong Royong hingga Toleransi: Nilai-Nilai Pancasila Menghidupi Keseharian Masyarakat
Anggota MPR RI,Putra Nababan.

Jakarta, Gesuri.id - Di tengah gegap gempita modernitas dan arus globalisasi, Pancasila seringkali dianggap sebagai konsep usang yang hanya hidup dalam buku pelajaran dan upacara formal. Namun, fakta di lapangan berbicara lain. Nilai-nilai luhur dasar negara itu justru menemukan napasnya yang paling authentic dalam implementasi keseharian masyarakat, dari gang sempit di perkotaan hingga pedesaan.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Nusantara (LSN) pada kuartal ketiga tahun 2023 mengungkapkan hal menarik. Sebanyak 78% responden setuju bahwa mereka "mengamalkan Pancasila justru ketika tidak sedang membicarakannya secara teoritis.

Baca: Ganjar Tegaskan Pemuda Harus Benar-benar Siap 

"Responden mengidentifikasi nilai-nilai seperti gotong royong membersihkan lingkungan, menghormati tetangga yang berbeda keyakinan, mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan masalah RT, atau membantu sesama yang kesulitan sebagai bentuk paling nyata dari Pancasila," jelas Anggota MPR RI,Putra Nababan di Jakarta Jumat (22/8).

Menurut Putra, implementasi ini tidak terpisah-pisah per sila, tetapi menyatu dalam satu tindakan. Seperti yang sering terjadi di Kampung-kampung. Warga yang heterogen, terdiri dari berbagai suku dan agama, secara swadaya mengadakan "Jumat Berkah", sebuah kegiatan dimana setiap Jumat, warga secara bergiliran menyediakan makanan untuk dibagikan kepada yang membutuhkan, tanpa memandang latar belakang.

"Bagi kami, ini sudah biasa. Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ketiga, persatuan Indonesia. Sila kelima, keadilan sosial, semua ada di sini. Kami tidak perlu berteori, langsung praktik," katanya.

Baca: Ganjar Tegaskan Pemuda Harus Benar-benar Siap 

Meski demikian, tantangan tetap ada. Kesenjangan ekonomi dan intoleransi masih menjadi ujian besar bagi implementasi Pancasila. "Pancasila bukan mantra yang sekali diucapkan lalu semua masalah selesai. Ia adalah roh yang harus dihidupi terus-menerus. Legasi Pancasila yang paling abadi adalah ketika ia menjadi habitus, kebiasaan hidup sehari-hari bangsa ini, bukan hanya slogan," tegasnya.

Ia menekankan peran penting tiga pilar: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga sebagai tempat penanaman nilai pertama, sekolah yang mengajarkan penalaran kritis terhadap nilai-nilai tersebut, dan masyarakat sebagai ruang praktiknya.

Dengan demikian, legasi Pancasila tidak hanya menjadi kisah masa lalu, tetapi terus ditulis dengan tinta aksi-ksi nyata dalam kehidupan modern Indonesia. Ia hidup, bukan dalam pidato, tetapi dalam semangat gotong royong, toleransi, dan keadilan yang dilakukan oleh setiap warga negara dalam rutinitas mereka yang paling sederhana.

Quote