Ikuti Kami

Hasanuddin: Gaya Caplas Ceplos Menkeu Purbaya Sadewa Harus Diimbangi dengan Kerja Nyata

Ia mengingatkan popularitas tidak boleh menggantikan prestasi dalam menjalankan tugas kenegaraan.

Hasanuddin: Gaya Caplas Ceplos Menkeu Purbaya Sadewa Harus Diimbangi dengan Kerja Nyata
Anggota Komisi I DPR RI, Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi I DPR RI, Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin, menilai gaya komunikasi publik Menteri Keuangan Purbaya Sadewa yang kerap ceplas-ceplos di ruang publik perlu diimbangi dengan kinerja nyata.

Ia mengingatkan popularitas tidak boleh menggantikan prestasi dalam menjalankan tugas kenegaraan.

“Menurut teori komunikasi publik, kontroversi itu sexy. Tapi belum tentu baik dan benar,” kata TB Hasanuddin, Minggu (26/10/2025).

Merujuk pada teori tersebut, Hasanuddin menilai kecenderungan penampilan Purbaya Sadewa di ruang publik memang tampak “sexy” dan sering mendapat apresiasi besar dari netizen. Namun, di balik sorotan publik itu, ia mempertanyakan sejauh mana langkah konkret sang menteri dalam menjawab berbagai persoalan ekonomi rakyat.

“Saya sering nonton pendapat dan tindakan Menteri Keuangan Purbaya ceplas-ceplos dan bicara seadanya membuat banyak harapan rakyat. Tapi baru ceplas-ceplos doang. Belum ada hasilnya,” ucap Hasanuddin.

Dalam pesannya, TB Hasanuddin bahkan melontarkan enam pertanyaan kritis terkait janji-janji kebijakan ekonomi Purbaya Sadewa. 

“Purbaya mau menangkap importir tekstil, kapan? Mau memenjarakan importir baju bekas, mana? Mau menurunkan suku bunga, kapan? Mau meningkatkan pertumbuhan ekonomi 8 persen, mulai kapan? Mau meningkatkan lapangan kerja, yang ada PHK terus mengalir, daya beli rakyat tetap rendah, kapan dilakukan? Dan harga sembako masih mahal, kapan diturunkan?” tegasnya.

Sederet pertanyaan tersebut, menurut Hasanuddin, menjadi refleksi atas tingginya ekspektasi publik terhadap kinerja Kementerian Keuangan di tengah kondisi ekonomi yang masih berat. Ia menilai, “Kinerja yang nyata jauh lebih berharga dari seribu kata-kata manis.”

Hasanuddin juga menyindir kecenderungan Purbaya yang sering tampil di ruang publik. Ia menilai, sinisme masyarakat mulai muncul karena ketidaksesuaian antara narasi dan realisasi. Ia pun mengingatkan agar sang menteri lebih fokus bekerja dibanding tampil di media.

Menurutnya, “Narasi di atas bukanlah sekadar teka-teki, melainkan peringatan keras pada Purbaya untuk lebih fokus bekerja dan sesekali stop dulu tampil di publik. Karena wajah di layar tidak akan pernah cukup untuk membayar bunga utang yang menumpuk.”

Lebih lanjut, Hasanuddin membandingkan gaya kepemimpinan Purbaya dengan mantan Menteri Keuangan era Orde Baru, Mar’ie Muhammad. 

Ia menilai, Mar’ie Muhammad hidup di era tanpa media sosial dan membangun kepercayaan publik melalui integritas dan kerja nyata, sementara Purbaya berhadapan dengan era digital yang penuh dengan persepsi dan opini.

“Baiklah. Sudut pandang TB Hasanuddin merupakan anak tangga. Perlu diurus satu-satu oleh Sadewa. Nadanya bukan sebuah oposisi, melainkan ‘belajar ngaji bersama’ tentang gaya kepemimpinan. Kata ngaji bagi muslim tidak lebih belajar dari huruf Alif sampai khatam Al-Qur’an. Tafsir-tafsir ayat per ayat mengajarkan kebaikan dan kemaslahatan umat. Mari kita belajar ngaji tentang kehidupan yang lebih bermanfaat pada semua,” pungkasnya.

Quote