Jakarta, Gesuri.id - PT Pertamina berniat menggabungkan Pelita Air dengan Garuda Indonesia. Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Mufti Anam, mengatakan komisinya hingga kini belum menerima kajian mendalam terkait rencana merger tersebut.
Mufti menegaskan merger dua maskapai pelat merah itu jangan sampai membuat merugi. Sehingga harus ada kajian yang matang.
“Sampai hari ini Komisi VI belum menerima kajian komprehensif baik dari Kementerian BUMN maupun Danantara terkait rencana merger ini. Kalau memang serius, harus ada due diligence terbuka, dan roadmap yang jelas tahun pertama, kedua, ketiga pasca merger," kata Mufti saat dihubungi, Sabtu (4/10).
"Tanpa itu, merger ini hanya jadi manuver jangka pendek yang berpotensi menenggelamkan dua-duanya,” tambahnya.
Mufti mengungkapkan Komisi VI bakal memanggil pihak Danantara dan manajemen Garuda Indonesia untuk memberikan penjelasan resmi di hadapan DPR mengenai merger tersebut.
“Setelah masa sidang ini, sekitar bulan November, kami berencana memanggil Danantara dan manajemen Garuda untuk dimintai penjelasan atas hal ini,” ungkap Mufti.
Wacana merger Pelita Air dan Garuda Indonesia mencuat setelah PT Pertamina (Persero) mengumumkan rencana restrukturisasi besar-besaran terhadap unit usaha non-inti. Bisnis yang tidak berkaitan langsung dengan migas dan energi terbarukan akan dipisahkan (spin off).
Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menjelaskan langkah tersebut merupakan bagian dari transformasi bisnis agar Pertamina lebih fokus pada sektor energi.
“Untuk beberapa usaha kami akan spin off dan tentunya mungkin akan di bawah koordinasi dari Danantara akan kita gabungkan clustering dengan perusahaan-perusahaan sejenis. Sebagai contoh untuk Airline kami (Pelita Air) kita sedang penjajakan awal untuk penggabungan dengan Garuda Indonesia,” jelas Simon dalam rapat dengan Komisi VI DPR di Senayan, Kamis (11/9).