Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Nico Siahaan, meminta pemerintah Indonesia untuk bersikap waspada menyikapi dampak dari konflik bersenjata yang terjadi antara Thailand dan Kamboja.
Ia menilai ketegangan yang meningkat di kawasan Asia Tenggara tersebut berpotensi memengaruhi stabilitas di Laut China Selatan.
“Saya rasa semua sedang berjaga-jaga sementara masih lokal di antara kedua negara,” kata Nico, Minggu (27/7/2025).
Menurutnya, Indonesia perlu meningkatkan kesiagaan di wilayah strategis seperti Laut China Selatan, sembari tetap mengutamakan langkah-langkah perlindungan terhadap warga negara Indonesia (WNI) yang berada di wilayah konflik.
“Concern utama saya pasti keselamatan WNI, berapa banyak WNI yang berpotensi terkena dampak perang ini,” tegasnya.
Nico juga menekankan bahwa fokus utama pemerintah saat ini haruslah memastikan keselamatan dan evakuasi bila diperlukan terhadap seluruh WNI yang berada di Thailand maupun Kamboja.
Sementara itu, kekhawatiran atas eskalasi di Laut China Selatan juga dirasakan oleh para nelayan di Natuna, Kepulauan Riau. Mereka melaporkan keberadaan kapal-kapal perang berbendera China yang lalu-lalang di laut Natuna Utara.
Seorang nelayan bernama Dedi mengungkapkan, dirinya menyaksikan setidaknya lima kapal perang asing yang mondar-mandir di wilayah tangkapan ikan para nelayan.
“Masuk perairan kita bang, kalau dilihat dari GPS-nya,” ujar Dedi, sambil menyebut titik koordinat keberadaan kapal asing tersebut berada di posisi 5.21.523 N, 109.58.114 E, yang menurutnya sudah masuk ke perairan Indonesia.
Dedi juga menduga bahwa munculnya kapal-kapal perang China tersebut bisa jadi terkait dengan meningkatnya ketegangan global maupun regional.
“Bisa jadi juga kapal itu muncul karena perang pecah antara Kamboja dan Thailand,” ujarnya.
Meskipun tidak terjadi intimidasi langsung, kemunculan kapal-kapal asing tersebut membuat para nelayan merasa terancam dan tidak tenang saat melaut. Ia bahkan menyebut hasil tangkapan ikan terus menurun sejak konflik dan patroli militer asing mulai tampak di wilayah itu.