Ikuti Kami

Pasien Covid Naik Tajam, Deddy Ingatkan Pra-Bencana

Terlebih terjadi ketika daya tahan psikologis masyarakat sudah semakin menipis dan tekanan ekonomi semakin kuat.

Pasien Covid Naik Tajam, Deddy Ingatkan Pra-Bencana
Ilustrasi. Pasien Covid-19 tengah ditangani oleh tenaga medis.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevri Sitorus, menyampaikan keprihatinannya terhadap jumlah kasus positif Covid-19 yang terus meningkat. Menurut Deddy, jumlah itu telah melewati batas psikologis dan berpotensi terus meningkat.

"Ini sangat memprihatinkan, terlebih terjadi ketika daya tahan psikologis masyarakat sudah semakin menipis dan tekanan ekonomi semakin kuat dirasakan masyarakat," ujar Politikus PDI Perjuangan tersebut, dalam rilis kepada media, Selasa (28/7).

Baca: Wawali Whisnu Tak Biarkan Warga Terlambat Dapat Bantuan

"Jika tidak hati-hati dan ada tindakan yang drastis di semua tingkatan, bukan tidak mungkin kita akan memasuki fase pra-bencana," katanya.

Deddy mengatakan bahwa kemampuan fasilitas kesehatan kita dalam menampung ledakan penderita yang kemudian memasuki fase infeksi sangat terbatas. 

"Rumah sakit kita di daerah tidak akan kuat menampung ledakan penderita, dan ini akan menjadi awal dari bencana," ujar Deddy.

Disiplin dan kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan melemah dan bahkan di sejumlah daerah mulai muncul perlawanan terhadap persyaratan Rapid Test dan PCR.

Ditambah fokus, mobilisasi sumber daya dan kerangka strategi pemerintah di tingkat pusat dan daerah yang terkesan kurang tegas juga menjadi faktor yang menyebabkan jumlah penderita terus melonjak.

Kondisi ini, lanjut Deddy, akan menyebabkan target melandaikan kurva penderita menjadi semakin kabur dan sulit ditentukan. Dan ini juga akan sangat tidak mendukung upaya Pemulihan Ekonomi Nasional yang dirancang oleh pemerintah.

Menurut Deddy, harapan terbesar saat ini adalah pada keberhasilan uji coba klinis vaksin Covid-19 yang saat ini telah memasuki Phase 3. Tetapi menurut Deddy, Vaksin bukanlah faktor determinan dalam menghadapi pandemi, meskipun sangat vital.

"Obat-obatan bagi yang telanjur atau akhirnya terinfeksi, ketersediaan alat Rapid Test dan Test PCR yang murah dan mudah diakses, ketersediaan fasilitas kesehatan juga sangat penting dalam mengatasi pandemi," ungkap Deddy.

"Kita mengapresiasi kinerja Pemerintah Pusat dan BUMN yang terus bekerja keras menghasilkan vaksin. Tetapi harap diingat bahwa itu bukanlah solusi tunggal menghadapi pandemi. Kita harus ingat bahwa yang paling penting dari semuanya adalah bagaimana memutus rantai penularan secara efektif, dan itu menjadi tanggung jawab individu, keluarga, komunitas dan tidak bisa diserahkan hanya kepada pemerintah dan aparatnya," kata Deddy.

Baca: Rahmad Ingatkan Tren Perkantoran Klaster Baru Covid-19

Menurutnya, pemerintah seharusnya membuat rancangan organisasi yang efektif, efisien dan memiliki kewenangan yang jelas dan kuat. Organisasi baru ini justru menjadi beban baru saat birokrasi penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi seharusnya berlari kencang.

"Yang kita butuh kan saat ini adalah organisasi yang lincah, fokus dan efektif, bukan tambahan birokrasi dan ke tidak-jelasan baru," kata dia. 

Menurut Deddy, Presiden harus memimpin tim secara langsung. Di bawahnya adalah para Menko yang membawahi Kementerian dan Lembaga Teknis lalu para Gubernur yang bertugas mengkonsolidasikan para Kepala Daerah.

Untuk itu Deddy menyarankan agar Presiden segera mengambil alih Gugus Tugas Penanganan Pandemi dan Pemulihan Ekonomi dan secara aktif.

"Cara yang kita pakai sekarang tidak jelas strateginya dan akan banyak membuang waktu yang sia-sia. Jika tidak hati-hati kita akan memasuki tahap krisis berat dan hanya sejengkal dari bencana," lanjut Deddy.

Quote