Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi Vl DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka, memberikan pesan tegas kepada seluruh pejabat negara agar tidak alergi terhadap kritik masyarakat.
Pesan itu ia sampaikan usai menghadiri pemakaman Affan Kurniawan, pengemudi ojek online (ojol) yang menjadi korban tragedi saat demonstrasi di Jakarta, di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat.
“Kalau rakyat kritik, rakyat protes ya terima aja. Artinya menurut saya mohon maaf sekali tidak bermaksud menggurui karena dari hasil turun ke lapangan memang kondisi belum baik-baik saja. PHK yang tinggi serta persoalan di tanah air justru seharusnya direspons. Kalau kerja kita bisa optimalkan, rakyat gak akan marah kok. Rakyat pasti support,” kata Rieke, dikutip pada Senin (1/9/2025).
Rieke menegaskan, kritik rakyat adalah bentuk perhatian sekaligus cerminan keresahan atas kondisi yang belum membaik.
Ia menilai, pejabat negara justru harus menjadikan kritik itu sebagai bahan evaluasi dalam memperbaiki kinerja, bukan sebaliknya merasa tersinggung.
Menurutnya, sumpah jabatan yang diucapkan dengan kitab suci semestinya menjadi pengingat agar setiap anggota DPR dan pemerintah benar-benar mengabdi untuk rakyat.
“Saya kira sebagai anggota DPR, kita sumpahnya pakai kitab suci. Jadi mari kita sikapi kritik dengan gestur yang lebih baik, karena rakyat hanya ingin hidupnya lebih layak,” ucapnya.
Politisi perempuan yang juga dikenal sebagai aktivis buruh itu menegaskan bahwa pejabat publik memiliki kewajiban moral untuk menempatkan suara rakyat sebagai prioritas.
Ia menilai, gelombang kritik yang muncul belakangan ini tidak boleh dipandang sebagai ancaman, melainkan sebagai energi korektif agar kebijakan lebih tepat sasaran.
Rieke juga menyinggung kondisi ekonomi yang masih penuh tantangan, mulai dari gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK), mahalnya harga kebutuhan pokok, hingga sulitnya akses pelayanan publik.
Menurutnya, situasi tersebut wajar menimbulkan keresahan, sehingga pejabat negara harus bisa membaca tanda-tanda zaman.
Kehadiran Rieke di tengah keluarga besar almarhum Affan Kurniawan juga menjadi bentuk solidaritas dan penghormatan terakhir. Ia menilai peristiwa yang menimpa Affan bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan keselamatan warga yang menyuarakan aspirasi.
Dalam kesempatan itu, Rieke kembali menegaskan bahwa rakyat bukanlah musuh yang harus dibungkam, melainkan pemilik kedaulatan yang aspirasinya wajib didengar.
Menurutnya, demokrasi hanya bisa berjalan sehat jika kritik diterima sebagai bagian dari mekanisme checks and balances.
Ia pun mengajak seluruh rekan sejawatnya di parlemen maupun pemerintah untuk kembali meneguhkan komitmen melayani rakyat dengan tulus. Baginya, kritik yang disampaikan masyarakat tidak boleh ditanggapi dengan sikap defensif, apalagi represif. Sebaliknya, kritik justru harus menjadi dasar untuk bekerja lebih baik demi kesejahteraan publik.