Ikuti Kami

Rudianto Tjen, Maestro Politik Bangka Belitung yang Sederhana, Rendah Hati, Penuh Keteguhan

Janji yang diucapkan beliau bukan sekadar kata-kata, melainkan selalu dibuktikan dengan sikap dan perbuatan.

Rudianto Tjen, Maestro Politik Bangka Belitung yang Sederhana, Rendah Hati, Penuh Keteguhan
Politikus PDI Perjuangan, Rudianto Tjen.

Jakarta, Gesuri.id - Kader PDI Perjuangan Bangka Belitung, Aboul A’la Almaududi mengatakan PDI Perjuangan berdiri teguh di atas konsistensi perjuangan. Ketua Umum, Ibu Megawati Soekarnoputri, yang akrab dijuluki Emak Banteng, berulang kali menegaskan bahwa partai ini tidak untuk mereka yang mudah goyah. PDI Perjuangan adalah rumah besar bagi kader yang setia, teguh, dan ikhlas berjuang untuk rakyat, Selasa (2/9).

Menurut Bang Aboul sapaan akrabnya menuturkan di Bangka Belitung, semangat itu diwujudkan oleh seorang figur sederhana, rendah hati, namun penuh keteguhan: Rudianto Tjen, atau yang akrab disapa Pak RT. Beliau bukan sekadar politisi, melainkan seorang komunikator ulung yang selalu tahu bagaimana merangkul siapa pun di hadapannya.

Salah satu keunikan Rudianto Tjen adalah kebiasaannya menyapa lawan bicara dengan panggilan akrab “Bos.” Sapaan yang sederhana, tetapi sarat makna: ia menempatkan lawan bicaranya setara, dihormati, bahkan dimuliakan. Tak peduli siapa yang ia hadapi, rakyat kecil, tokoh masyarakat, kawan, atau bahkan lawan politik, semuanya diperlakukan dengan penghargaan yang sama. Dari sinilah muncul pesona khas Rudianto Tjen, sosok yang tidak hanya dihormati, tetapi juga disegani.

Janji yang diucapkan beliau bukan sekadar kata-kata, melainkan selalu dibuktikan dengan sikap dan perbuatan nyata. Gestur tubuhnya tak pernah merendahkan orang lain, tutur katanya fasih, dan kepeduliannya tulus. Tak heran, kehadiran Rudianto Tjen selalu ditunggu publik, bukan hanya karena dermawan, tetapi karena setiap interaksi dengannya menumbuhkan rasa hormat dan kedekatan.

Kematangan politiknya pun tidak diragukan lagi. Lima periode berturut-turut duduk sebagai Anggota DPR RI adalah bukti betapa rakyat Bangka Belitung menaruh kepercayaan luar biasa kepadanya. Lebih jauh lagi, kepiawaiannya dalam merajut persatuan berhasil membawa PDI Perjuangan menjadi partai dominan di Bangka Belitung, baik di legislatif maupun eksekutif.

Ada satu hal yang menjadi ciri khas beliau: salam dan sapa kepada setiap orang yang ditemuinya. Tangan yang selalu terulur, senyum yang ramah, dan panggilan akrab yang egaliter adalah simbol bahwa dalam politik, kemanusiaan tetap menjadi yang utama. Rudianto Tjen tidak pernah membeda-bedakan asal usul, ras, agama, golongan, atau partai politik. Semua dihargai, semua dirangkul.

Tidak berlebihan jika banyak kalangan menyebut Rudianto Tjen sebagai “maestro politik Bangka Belitung.” Bukan hanya piawai dalam strategi, melainkan juga matang dalam membangun relasi sosial. Sosoknya adalah teladan nyata bahwa politik bisa dijalankan dengan hati, dengan empati, dan dengan penuh kebersahajaan.

Bagi kader PDI Perjuangan, jejak langkah Rudianto Tjen adalah warisan yang patut digugu lan ditiru. Keteguhan, empati, kepiawaian berkomunikasi, serta konsistensi beliau menjaga marwah partai harus menjadi contoh hidup bagi generasi penerus perjuangan di Bangka Belitung.

Kini, ketika Rudianto Tjen memasuki usia yang matang di 66 tahun dengan perjalanan panjang lima periode di Senayan, wajar jika publik mulai bertanya: siapakah kader PDI Perjuangan di Bangka Belitung yang kelak mampu melanjutkan estafet perjuangan beliau?

Kriteria Kader Potensial Penerus Rudianto Tjen Dalam Sebuah Perspektif

Regenerasi bukan sekadar soal mencari sosok pengganti, melainkan menyiapkan kader yang benar-benar mewarisi nilai, sikap, dan roh perjuangan. Setidaknya ada empat kriteria yang harus dimiliki:

1. Loyal dan Konsisten terhadap Ideologi Partai
Figur penerus harus terbukti setia kepada garis perjuangan PDI Perjuangan. Bukan kader musiman, melainkan kader yang ditempa oleh proses dan siap mengabdi penuh.

2. Dekat dengan Rakyat dan Memiliki Empati Nyata
Seperti Rudianto Tjen, penerus wajib hadir di tengah rakyat. Bukan hanya memberi janji, tapi menghadirkan bukti nyata melalui kerja-kerja yang dirasakan masyarakat kecil.

3. Komunikatif, Santun, dan Merangkul Semua Golongan
Politik di Bangka Belitung yang plural menuntut figur yang bisa berbicara dengan siapa saja. Bahasa yang sejuk, gestur yang rendah hati, dan sikap yang inklusif adalah syarat mutlak.

4. Berakar di Budaya Lokal dan Peka terhadap Aspirasi Daerah

Calon penerus harus memahami jantung budaya Bangka Belitung sekaligus mampu mengartikulasikan aspirasi daerah ke tingkat nasional. Inilah ciri pemimpin yang membumi.

Bangka Belitung beruntung memiliki sosok seperti Rudianto Tjen, seorang maestro yang telah membuktikan bahwa politik bisa dijalankan dengan hati dan kesetiaan. Namun, partai dan rakyat juga punya tugas besar: menyiapkan kader-kader yang sanggup melanjutkan tradisi luhur itu.

Sosok Rudianto Tjen juga senantiasa memberikan panggung bagi kader PDI Perjuangan. Beliau tidak pernah berjalan sendiri, melainkan selalu mengajak, membimbing, dan mendorong kader lain untuk tampil di garis depan. Inilah bukti bahwa kepemimpinan sejati bukan hanya tentang keberhasilan pribadi, tetapi tentang melahirkan generasi penerus yang siap melanjutkan estafet perjuangan.

Karena pada akhirnya, sebagaimana yang diteladankan Rudianto Tjen, politik bukanlah tentang seberapa tinggi kursi yang diduduki, melainkan seberapa dalam hati rakyat yang disentuh. Dan inilah warisan terpenting yang harus terus hidup di tubuh PDI Perjuangan Bangka Belitung.

Quote