Yogyakarta, Gesuri.id – Dalam refleksi peringatan Sumpah Pemuda ke-97, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengingatkan generasi muda agar tidak menjadi “generasi stroberi” yang lembek dan mudah menyerah. Ia menekankan pentingnya daya tahan, kemandirian ekonomi, dan pemberdayaan perempuan sebagai kunci masa depan bangsa.
“Generasi muda sekarang jangan lembek. Kalau tidak tangguh, kalian akan lebih menderita dari kami karena beban generasi tua makin besar. Ingat, kita ini menua tapi belum kaya,” ujar Hasto saat diwawancara eksklusif Gesuri.id di ruang kerjanya, Balai Kota Yogyakarta, Kamis (30/10).
Menurut Hasto, Indonesia sedang menghadapi ancaman aging population dan berkurangnya peluang bonus demografi.
“Window of opportunity menuju Indonesia maju akan menutup pada 2040. Kalau anak muda tidak bekerja keras, meningkatkan skill, dan menciptakan lapangan kerja, peluang itu hilang,” tegasnya.
Hasto menjelaskan, generasi saat ini merupakan generasi “sandwich” yang menanggung beban ganda—menopang generasi tua sekaligus menyiapkan masa depan anak-anak mereka.
“Populasi usia tua semakin banyak, pendidikannya rendah, ekonominya lemah. Maka yang muda harus kuat, tidak boleh lembek,” ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa risiko menjadi bangsa menua sebelum sejahtera semakin nyata, terutama di Yogyakarta yang memiliki usia harapan hidup tertinggi di Indonesia. “Jogja ini menua, tapi belum kaya. Kalau umur 50 berhenti kerja seminggu sudah repot, artinya belum bebas finansial,” katanya.
Karena itu, ia menekankan dua hal penting: peningkatan keterampilan dan kemandirian ekonomi perempuan. “Kalau perempuan-perempuan tua tidak produktif, bebannya berat sekali. Anak muda harus punya skill, kerja keras, dan memberdayakan perempuan agar tetap mandiri,” tutup Hasto.
