Ikuti Kami

Surat Islam Dari Ende, 17 Juli 1935

Catatan kaki Bung Karno dalam surat ini, “Buat tidak menjemukan pembaca, nama-nama buku itu kami tidak sertakan di sini.”

Surat Islam Dari Ende, 17 Juli 1935
Ir. Soekarno (Bung Karno) (tengah)

Assalamu'alaikum,

Telah lama saya tidak kirim surat kepada Saudara.
Sudahkah Saudara terima saya punya surat yang
akhir, kurang lebih dua bulan yang lalu?

Kabar Ende: Sehat wal'afiat, Alhamdulillah. Saya masih
terus study Islam,  tetapi sayang kekurangan
perpustakaan, semua buku-buku yang ada pada saya
sudah habis "termakan". Maklum, pekerjaan saya
sehari-hari, sesudah cabut-cabut rumput di kebun,
dan di sampingnya "mengobrol" dengan anak-bini
buat menggembirakan mereka, ialah membaca saja. 

Berganti-ganti membaca buku-buku ilmu pengetahuan
sosial dengan buku-buku yang mengenai Islam. Yang
belakangan ini, dari tangannya orang  Islam sendiri di
Indonesia atau di luar Indonesia, dan dari tangannya
kaum ilmu-pengetahuan yang bukan Islam.

Di Ende sendiri tak ada seorangpun yang bisa saya tanyai,
karena semuanya memang kurang pengetahuan
(seperti biasa) dan kolot-bin-kolot. Semuanya hanya
mentaqlid saja zonder tahu sendiri apa-apa yang pokok;
ada satu-dua berpengetahuan sedikit, di Ende ada
seorang "sayid" yang sedikit terpelajar, tetapi tak dapat
memuaskan saya, karena pengetahuannya tak keluar
sedikit pun dari "kitab fiqh": mati hidup dengan
kitab-fiqh itu, dus kolot, dependentunfree, taqlid

Baca Juga: Surat Islam Dari Ende, 26 Maret 1935

Qur'an dan Api-lslam seakan-akan mati, karena kitab-fiqh
itulah yang mereka jadikan pedoman-hidup, bukan
kalam Ilahi sendiri. Ya, kalau, dipikirkan dalam-dalam, 
maka kitab-fiqh itulah yang seakan-akan ikut menjadi
algojo "Roh" dan "Semangat" Islam. 

Bisakah, sebagai  misal, suatu masyarakat menjadi
"hidup", menjadi bernyawa, kalau masyarakat itu
hanya dialaskan saja kepada "Wetboek van
Strafrecht
" dan "Burgerlijk Wetboek",  kepada
artikel ini dan artikel itu? Masyarakat yang 
demikian itu akan segeralah menjadi
masyarakat "mati", masyarakat "bangkai", 
masyarakat yang bukan  ]masyarakat. 

Sebab tandanya masyarakat, ialah justru ia punya hidup,
ia punya nyawa.Begitu pula, maka dunia Islam
sekarang ini setengah mati, tiada Roh, tiada nyawa, 
tiada Api, karena umat Islam sama sekali tenggelam
di dalam "kitab-fiqh" itu, tidak terbang seperti burung
garuda di atas udara-udaranya  Agama yang Hidup.
Nah, begitulah keadaan saya di Ende;  mau
menambah pengetahuan, tetapi kurang petunjuk. 
Pulang balik kepada buku-buku yang ada saja. 

Padahal buku-buku yang tertulis oleh autoriteit-autoriteit
ke-lslam-anpun, masih ada yang mengandung beberapa
fatsal  yang belum memuaskanhati saya, kadang-kadang
malahan tertolak oleh hati dan ingatan saya. Kalau di
negeri ramai, tentu lebih gampang melebarkan saya
punya sayap ...

Alhamdulillah, antara kawan-kawan saya di Ende,
sudah banyak yang mulai luntur kekolotan dan
kedumudannya. Kini mereka sudah mulai sehaluan
dengan kita dan tak mau mengambing saja lagi
kepada kekolotannya, ketakhayulannya, kejumudannya, 
kehadramautannya, kemesumannya, kemusyrikannya
(karena percaya kepada azimat-azimat, tangkai-tangkai
dan "keramat-keramat") kaum kuno, dan mulailah
terbuka hatinya buat  "Agama yang hidup".

Baca Juga: Surat Islam Dari Ende, 25 Januari 1935

Mereka ingin baca buku-buku Persatuan Islam, tapi
karena malaise, mereka minta pada saya 
mendatangkan buku-buku itu dengan separuh harga.
Saya sekarang minta keridlaan tuan mengirim
buku-buku yang saya sebutkan di bawah ini dengan
separuh harga...  haraplah tuan ingatkan, bahwa yang
mau baca buku-buku itu, ialah orang-orang korban
malaise, dan bahwa mereka itu pengikut-pengikut
baru dari haluan muda. 

Alangkah baiknya, kalau mereka itu bisa sembuh sama
sekali dari kekolotan dan kekonservatifan mereka itu;
Ende barangkali bukan masyarakat' mesum sebagai
sekarang!Bagi saya sendiri, saya minta kepada
Saudara hadiah satu dua buku apa saja yang bisa
menambah pengetahuan saya, terserah kepada
Saudara buku apa.

Terima kasih lebih dahulu, dari saya dan dari
kawan-kawan di Ende. Sampaikanlah salam saya
kepada Saudara-saudara yang lain.

Wassalam,
SUKARNO

Catatan Kaki:

Bahasa Inggris: studi, belajar, mempelajari.
Bahasa Belanda: Tanpa.
Bahasa Inggris: bergantung, mengikut saja.Wetboek van Strafrecht.
Bahasa Belanda: Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Bahasa Inggris: Tidak merdeka pikiranya.
Bahasa Belanda: Kitab Undang-undang Hukum Pidana kolonial Belanda. Sampai saat ini, peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai.
Perbuatan pidana secara materiil di Indonesia masih bersumber dari hukum kolonial Belanda

Quote