Purworejo, Gesuri.id - Seminar bertema Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta dan Deep Learning di Madrasah di Kabupaten Purworejo berlangsung hangat dan penuh gelak tawa. Ratusan guru serta tenaga kependidikan yang hadir membuka sesi dengan ice breaking unik: mendefinisikan “cinta” hanya dalam satu kata. Jawaban peserta langsung mencairkan suasana, mulai dari “sabar”, “ikhlas”, hingga “honor cair”.
Acara ini digelar untuk memperkuat atmosfer positif dalam proses belajar mengajar di madrasah. Nilai cinta ditegaskan sebagai energi utama yang dapat menghidupkan kelas, membangun karakter, sekaligus memperkuat hubungan guru dan siswa.
Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Wibowo Prasetyo, hadir sebagai narasumber dan menekankan bahwa madrasah bukan sekadar tempat menimba ilmu. “Madrasah adalah ruang aman tempat karakter dan masa depan anak dibentuk,” ujar legislator dari Dapil Jawa Tengah VI itu, Sabtu (15/11/2025).
Menurut Anggota Komisi VIII DPR RI tersebut, pembelajaran berbasis cinta mencakup kesabaran, perhatian, kreativitas, hingga kekuatan spiritual. “Senyum guru bisa mengubah mood satu kelas. Kalimat positif bisa mengubah masa depan seorang anak,” tegasnya.
Wibowo menyampaikan bahwa guru yang mengajar dengan cinta lebih mampu memahami karakter beragam siswa dan menciptakan suasana kelas yang inklusif. Di tengah tantangan dunia pendidikan, pendekatan berbasis kasih dianggap sebagai fondasi mental yang harus diprioritaskan.
Di sela sesi materi, para peserta kembali diajak mengikuti ice breaking reflektif. Mereka diminta membayangkan siswa yang paling sering membuat mereka mengelus dada serta siswa yang paling cepat membuat mereka tersenyum. Latihan ini membuka kesadaran bahwa setiap murid membawa warna unik dan membutuhkan pendekatan berbeda.
Seminar juga membahas berbagai tantangan di lapangan: administrasi menumpuk, jadwal padat, tekanan dari wali murid, hingga dinamika karakter siswa. Meski demikian, Wibowo menegaskan bahwa justru di tengah tekanan itu, ketulusan guru menjadi energi utama untuk menjaga semangat belajar anak-anak.
Menutup paparannya, Wibowo mengadakan kuis interaktif yang disambut antusias oleh para guru. Ia berharap madrasah terus menjadi ruang yang penuh cahaya—tempat ilmu pengetahuan dan cinta tumbuh berdampingan.
“Dengan pendekatan penuh kasih, para guru diyakini mampu membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kuat secara emosional dan spiritual,” tandas mantan wartawan itu

















































































