KEPUTUSAN hijrah Pendiri PKS Yusuf Supendi, ke PDI Perjuangan sontak membuat kaget para petinggi di republik ini. Berita hengkangnya Yusuf itu pun menjadi viral di berbagai lini massa. Tak ayal foto-foto Yusuf Supendi berseragam banteng sambil mengacungkan metal mendadak menghiasi media sosial.
Yusuf sendiri sebenarnya dipecat dari PKS karena tuduhan mengganggu istri orang dan menggelapkan uang. Tentu saja itu adalah fitnah yang luar biasa menyerang pribadinya apalagi yang melaporkan adalah orang PKS sendiri. Jelas tidak mungkin sosoknya akan berlaku seperti yang dituduhkan tersebut.
Apalagi selama di PKS, Yusuf Supendi terkenal dengan sosok yang sederhana, santun, dan teguh memegang prinsip keIslaman. Dia juga dikenal sebagai ustaz atau guru yang punya keluasan ilmu tentang Islam. Dan ini menjadi modal tuntunannya dalam menjalankan politik di parlemen.
Dengan masuknya Yusuf Supendi sebagai kader banteng, diharapkan bisa menjadi corong untuk meluruskan persepsi yang keliru tentang PDI Perjuangan. Apalagi basis massa yang dimiliki Yusuf Supendi terutama dari majelis pengajian diharapkan bisa menjadi kendaraan untuk meluruskan berbagai persepsi salah tersebut. Syukur-syukur bisa mengajak basis massanya tersebut menjadi kader partai yang militan.
Di satu sisi, bergabungnya Yusuf Supendi ke PDI Perjuangan tentu dia harus ikut memenangkan PDI Perjuangan dan Presiden Jokowi selama dua periode. Terutama sekali dia harus menggelorakan kembali ajaran-ajaran Bung Karno dan Pancasila di kalangan majelis pengajian hingga ke akar rumput. Dengan begitu, mereka yang terpapar paham radikal bisa segera diredam untuk kembali kepada ideologi negara Pancasila.
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menjadi sosok yang berperan dari proses hijrahnya Yusuf Supendi ke PDI Perjuangan. "Pak Yusuf Supendi kami sudah banyak berdialog. Saya pribadi bersama beliau itu dulu juga terlibat intens sejak di DPR pada tahun 2004-2009. Di situlah Pak Yusuf Supendi punya tugas nanti untuk bersama-sama menggelorakan kembali seluruh pemikiran Bung Karno tentang Islam.”
Misi yang diemban oleh Yusuf Supendi tersebut tentunya harus didukung penuh oleh segenap kader PDI Perjuangan. Sangat menarik untuk menunggu gebrakan Yusuf untuk mengkampanyekan Pancasila di tengah-tengah majelis pengajian. Dan dia pun sudah siap lahir batin berijtihad bersama dengan PDI Perjuangan apapun resiko dan konsekuensinya nanti.
Yusuf adalah pintu masuk partai untuk meluruskan segala macam ideologi-ideologi Islam fanatik dengan ideologi Pancasila. Dia juga siap mengkampanyekan Islam Nusantara yang terkenal sangat pluralis. Serta yang paling penting lagi, masuknya Yusuf itu semakin menegaskan bahwa PDI Perjuangan adalah partai yang mayoritas kadernya adalah umat Islam. Jadi sangat salah kaprah bila mengidentikan PDI Perjuangan tidak anti Islam dan tidak mengakomodir pemikiran dan gagasan keIslaman dalam politik. Yusuf Supendi sudah membuktikan itu dan bergabung secara sah menjadi kader partai yang militan sejak 9 Juli 2018 lalu.
Yusuf tidak sendiri. Pengacara Rizieq Shihab, Kapitera juga bergabung sebagai caleg dari PDI Perjuangan. "Iya, sebagaimana kami nyatakan dialog kami dengan masyarakat Sumatera barat itu betul betul memang menghendaki adanya jembatan penghubung dengan PDIP, sehingga yang bersangkutan dicalonkan oleh PDIP, dari dapil Sumbar." seperti dikutip Okezone.
Meski membantah, namun pernyataan resmi dari Kapitra belum pernah ada. Apapun itu, masuknya Yusuf atau Kapitra nanti seolah semakin menegaskan bahwa PDI Perjuangan merupakan rumah kebangsaan bagi semua orang. Ketika ada orang yang mengetuk pintu itu maka PDI Perjuangan tentu akan dengan senang hati membuka lebar-lebar.
Sebagai partai papan atas, PDI Perjuangan berusaha untuk merangkul semua pihak-pihak agar bersama-sama membangun tradisi Islam Nusantara di Indonesia. Caranya adalah dengan mengajak pentolan-pentolan yang selama ini menyerang partai untuk berjuang bersama menjadi caleg di 2019.
Tentunya semakin banyak orang dalam barisan yang sama akan semakin memperkuat arah perjuangan partai untuk tetap menjaga nilai-nilai Pancasila tetap lestari di bumi pertiwi. Bagi PDI Perjuangan sendiri, Yusuf dan Kapitra menjadi aset berharga yang diharapkan bisa mengubah cara pandang seseorang dari Islam yang fanatik menjadi Islam yang teduh dan damai.
Islam yang sangat nusantara bisa merangkul semua pihak tanpa penuh kebencian dan cacian. Tentunya dalam bingkai ideologi Pancasila!