Trenggalek, Gesuri.id - Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Pranoto mengungkapkan pentingnya berorganisasi dalam kehidupan seharii-hari.
Karena menurut Pranoto berorganisasi tidak akan lepas dari rasa nasionalisme seperti tertuang dalam Sila pertama Pancasila.
Baca: Wabup Trenggalek Pimpin Upacara di Tebing Gunung Sepikul
“Saya dari fraksi PDI Perjuangan, kebetulan saya membidangi sarana dan prasana dan pembangunan di DPRD Kabupaten Trenggalek. Tapi jika bicara nasionalisme itu harga mati,” ujarnya.
Begitu tingginya nilai ketuhanan yang wajib bagi kader nasionalis, dikatakan Pranoto, secara langsung harus menjadi ‘kebutuhan’ yang wajib dijadikan pedoman utama bagi organisasi apa pun, baik kepemudaan maupun kemahasiswaan, juga dalam partai politik.
“Kita bisa rasakan hampir, banyak kader yang mengantongi organisasi nasionalis, tapi kurang memahami apa itu nasionalisme sesungguhnya,” tegasnya.
Pranoto telah ikut mendorong organisasi kepemudaan di wilayahnya, seperti karang taruna dan organisasi sayap seperti Banteng Muda Indonesia, agar aktif dalam gerakan kepemudaan waktu itu.
“Saya lakukan karena semangat nasionalis semata,” ujarnya demikian.
Di kepengurusan PDI Perjuangan Kabupaten Trenggalek, organisasinya berpijak terhadap kemajemukan paham dan agama. Menurut Pranoto, sikap nasionalisme seharusnya tidak dipandang dari mana sosok itu muncul tapi dari kiprah yang ada.
“Kita harus menghormati agama dan keyakinan masing-masing karena NKRI bisa utuh karena sumbangsih rakyat dengan berbagai suku, agama dan ras,” tandasnya.
Baca: PDI Perjuangan Sukses Cetak Banyak Pemimpin Muda Potensial
Pranoto berharap, dalam diskusi-diskusi tentang nasionalisme, figur-figur yang melekat dengan nasionalisme tetap dilibatkan. Disebutkan Pranoto, banyak tokoh-tokoh muslim nasionalis yang akan memberikan pandangan dan meluruskan anggapan terhadap radikalisme yang selama ini berkembang.
Masih menurut Pranoto, tokoh agama maupun organisasi lainnya dulu selalu mengundang jika ada pertemuan, baik seminar atau pun dalam bentuk lain sebagai narasumber dari tokoh muslim yang nasionalis.