Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPRD Garut dari Fraksi PDI Perjuangan, Yudha Puja Turnawan, turun langsung meninjau kondisi warga miskin ekstrem di Kelurahan Kota Wetan, Kecamatan Garut Kota, Minggu (3/8/2025).
Salah satu yang dikunjunginya adalah rumah Ibu Yayu Rohana, janda lansia berusia 68 tahun yang hidup dalam keterbatasan bersama dua cucunya.
“Saya langsung merespons informasi dari adik-adik KKN. Mereka melaporkan ada warga yang masuk kategori miskin ekstrem dan layak mendapat perhatian,” ujar Yudha.
Kunjungan ini dilakukan Yudha setelah mendapat laporan dari mahasiswa KKN UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang sedang bertugas di lokasi tersebut. Meski sebelumnya berada di Bali untuk menghadiri Kongres PDI Perjuangan, Yudha langsung mengagendakan peninjauan setibanya di Garut.
Kondisi rumah ibu Yayu sangat memprihatinkan. Mereka tinggal di ruang sempit berukuran 2,5 x 2,5 meter, berdinding tembok milik kerabat dan berada di atas tanah hibah SMK Muhammadiyah Garut. Tanpa kamar mandi dan toilet, mereka terpaksa menggunakan fasilitas dari rumah kerabat.
“Bayangkan, tiga orang tinggal di ruang seukuran bilik. Tidak ada kamar mandi, tidak ada sanitasi layak. Ini jelas harus menjadi perhatian kita semua,” ucapnya.
Selain Ibu Yayu, Yudha juga menyambangi Ibu Rita Rosita, seorang penyandang disabilitas yang sudah menderita stroke selama lebih dari sepuluh tahun.
Ibu Rosita belum pernah menikah dan sepenuhnya bergantung pada keponakannya yang juga hidup dalam keterbatasan ekonomi.
“Kondisi Bu Rosita pun tak kalah memprihatinkan. Ia belum pernah menikah dan sepenuhnya mengandalkan bantuan keponakannya. Ini bukti nyata bahwa di balik gemerlap kota, masih banyak yang terpinggirkan,” tuturnya.
Dalam kunjungan tersebut, Yudha menyerahkan bantuan berupa sembako dan uang tunai sebagai bentuk kepedulian serta ajakan agar lebih banyak pihak ikut serta membantu.
Ia juga menyerukan agar Pemerintah Kabupaten Garut lebih mengoptimalkan pemanfaatan dana sosial yang ada, termasuk CSR, BAZNAS, dan iuran KORPRI, untuk membantu warga miskin ekstrem seperti Ibu Yayu dan Ibu Rosita.
**“Pemkab tak bisa bekerja sendiri. Harus ada gerakan kolaboratif agar mereka yang hidup dalam keterbatasan bisa mendapat hak dasar: tempat tinggal layak dan kehidupan bermartabat,” pungkasnya.