Ikuti Kami

Aria Bima: Museum Radya Pustaka, Saksi Pertemuan Peradaban Antara Jawa dan Dunia

Aria: Dari jejak aksara yang melahirkan peradaban, kita beralih pada warisan yang berbicara lewat bentuk dan rupa.

Aria Bima: Museum Radya Pustaka, Saksi Pertemuan Peradaban Antara Jawa dan Dunia
Wakil Ketua Komisi lI DPR RI, Aria Bima.

Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi lI DPR RI, Aria Bima, mengajak masyarakat untuk menelusuri kembali sejarah panjang dan kekayaan budaya yang tersimpan di Museum Radya Pustaka, Solo.

Menurutnya, museum tertua di Indonesia itu tidak hanya menyimpan naskah-naskah kuno, tetapi juga benda-benda bersejarah yang menjadi saksi pertemuan peradaban antara Jawa dan dunia.

“Dari jejak aksara yang melahirkan peradaban, kita beralih pada warisan yang berbicara lewat bentuk dan rupa,” kata Aria Bima, dikutip pada Minggu (9/11/2025).

“Musium ini juga menyimpan benda-benda bersejarah,” lanjutnya.

Ia menjelaskan bahwa koleksi museum tersebut mencakup berbagai peninggalan kebudayaan klasik Jawa, dari seni hingga benda pribadi para tokoh bangsawan. 

“Wayang, gamelang, senjata, hingga koleksi pribadi pokok budaya seperti Panemban Hadi Wijoyo, putra Pak Guborno ke-10,” ujarnya.

Lebih lanjut, Aria Bima menuturkan bahwa museum juga menyimpan benda-benda unik yang menunjukkan hubungan erat antara penguasa Jawa dan Eropa pada masa lalu. 

“Ada pula Fazlunga dan Orgel hadiah dari Kaisar Napoleon Bonaparte yang diberikan melalui Gubernur Sindral Herman William Dendris kepada Pak Guborno ke-4,” ungkapnya.

Menurut Aria Bima, hubungan antara penguasa Jawa dan Prancis kala itu terjalin cukup dekat dan berakar pada semangat kemajuan serta rasa saling menghormati. 

“Hubungan antara penguasa Jawa dan Prancis pada masa itu terjalin cukup dekat. Ketika Dendris memerintah atas nama Raja Ludwig Bonaparte, adik dari Kaisar Napoleon, Mangkunagoro II turut menjadi mitra dalam mendirikan Pasukan Profesional Legium Mangkunagaran,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa kerja sama militer tersebut bahkan memberi inspirasi bagi Eropa. 

“Pasukan ini telah menginspirasi Napoleon membentuk Legium Inresker atau legium asing yang masih dikenal hingga kini,” ucapnya.

Aria Bima melihat bahwa dari kisah-kisah seperti itu, dapat disimpulkan betapa hidupnya pertemuan kebudayaan antara Solo dan dunia Barat pada masa lampau. 

“Dari kisah itulah kita melihat bahwa pertemuan kebudayaan antara Solo dan Prancis pernah begitu hidup, berakar pada saling hormat dan semangat kemajuan,” tuturnya.

Ia juga menyinggung masa ketika Jawa kemudian berada di bawah kekuasaan Inggris. 

“Dan ketika Jawa kemudian diduduki Inggris, Lieutenant General Gubernur Thomas Strumpkamp-Raffles mendirikan Library Society, tempat koleksi ilmu dan artefak berpindah,” kata Aria Bima.

Dalam penutupnya, politisi asal Surakarta itu mengingatkan betapa tanah Jawa, khususnya Solo, pernah menjadi simpul penting dalam pertemuan sejarah dan ilmu pengetahuan dunia. 

“Bayangkan betapa sejarah dunia pernah bersinggungan langsung dengan tanah ini, tanah Solo dengan kebudayaan Jawa,” pungkasnya.

Quote