Ikuti Kami

Hasto Sindir Partai Yang Hobinya Impor Pangan

Hasto menuturkan banyak anak bangsa yang sukses menciptakan bibit pangan yang bisa dimanfaatkan petani.

Hasto Sindir Partai Yang Hobinya Impor Pangan
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.

Jakarta, Gesuri.id - Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebutkan, ada partai yang memiliki hobi mengimpor pangan. Padahal, Hasto menilai bahwa Indonesia semestinya bisa berdaulat atas pangan dan tak perlu impor.

"Dari dulunya, kalau dulunya punya spirit Indonesia bisa berdaulat di bidang pangan, Indonesia bisa berdikari di bidang pangan. Maka tanpa produk impor seharusnya kita memproduksi pangan oleh anak Bangsa, petani-petani Indonesia," kata Hasto saat membuka Seminar Nasional Daulat Pangan Wujudkan Kesejahteraan Petani dan Konsolidasi Program Mari Sejahterakan Petani (MSP) di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (3/2).

Baca: Banteng Trenggalek Inisiasi Pembuatan Demplot Pertanian

Hasto menuturkan banyak anak bangsa yang sukses menciptakan bibit pangan yang bisa dimanfaatkan petani. Misalnya, bibit padi MSP 65 yang bisa dipanen dalam 65 hari setelah ditanam.

Akan tetapi, dia mengatakan, PDI Perjuangan tak bisa berbuat banyak terkait penggunaan bibit buatan anak bangsa tersebut. Sebab, setiap keputusan yang diambil pemerintahan perlu melibatkan berbagai partai, yang berbeda platform.

Hasto pun menyinggung ada partai politik yang memiliki hobi impor pangan.

"Di situ lah kita berhadapan dengan platform-platform partai yang berbeda. Ada partai yang hobinya mengimpor pangan," kata Hasto.

Ia juga menyinggung sejumlah kasus korupsi yang justru berkaitan dengan bahan-bahan pokok seperti minyak goreng dan garam.

"Bahkan beberapa waktu yang lalu, yang namanya minyak goreng saja ada yang dikorupsi. Yang namanya garam saja ada yang dikorupsi, saudara-saudara sekalian, betul?" ujar Hasto.

Baca: Marthinus Yakin Sektor Pertanian Bisa Berjaya Lebihi Tambang

Usai acara ini, Hasto ditanya ulang terkait partai politik yang gemar melakukan impor pangan tersebut. Namun, dia tak menjawab tegas.

Ia hanya menyatakan bahwa hal tersebut sudah ramai diketahui publik karena menjadi bahan pemberitaan media massa.

"Sudah tahu, di berita banyak, sampai ada menteri yang ditanya, kok kuotanya sekian, realisasinya sekian. Itu kan tahu," tutur Hasto.

Quote