Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi XIII DPR RI, Marinus Gea menegaskan bahwa semangat ekonomi berdikari sebagaimana diajarkan Bung Karno masih sangat relevan untuk menjawab tantangan ekonomi Jakarta hari ini.
Menurut dia, pembangunan ekonomi yang bertumpu pada modal besar justru memperlebar jurang ketimpangan sosial di ibu kota.
Baca: Kisah Unik Ganjar Pranowo di Masa Kecilnya untuk Membantu Ibu
Marinus Gea menambahkan, Jakarta membutuhkan desain kebijakan ekonomi yang lebih berkeadilan dan berpihak pada pelaku usaha kecil.
“Kalau kita bicara berdikari, itu berarti mengandalkan kekuatan sendiri. Pemerintah daerah harus berani memberi ruang ekonomi yang nyata bagi rakyat, bukan sekadar program formalitas,” kata Marinus Gea, dalam Diskusi Publik pra-Konferda V bertema “Menumbuhkan Jakarta Kota Berdikari secara Ekonomi di Tengah Arus Globalisasi Dunia” yang digelar DPD Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Jakarta Raya di Kantor DPP PA GMNI, Sabtu (8/11/2025).
Lebih lanjut, politisi PDI Perjuangan itu mendorong agar pemerintah memperkuat kebijakan keberpihakan kepada UMKM dan koperasi melalui kemudahan perizinan, akses permodalan, serta perlindungan dari dominasi modal asing.
Sementara, pakar ekonomi, Ichsanuddin Noorsy, mengatakan konsep ekonomi berdikari tidak boleh dipahami secara parsial.
Baca: Ganjar Tekankan Kepemimpinan Strategis
Menurutnya, kemandirian ekonomi yang dimaksud Bung Karno adalah bagian dari gagasan besar Trisakti berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
“Jakarta sebagai etalase Indonesia harus menjadi laboratorium penerapan Trisakti. Tapi realitasnya, kebijakan ekonomi kita masih sangat tergantung pada modal asing dan logika pasar global. Ini yang membuat rakyat kehilangan kontrol terhadap sumber-sumber ekonomi,” ujar Noorsy.

















































































