Ikuti Kami

Rahmad Minta Satgas RT/RW Harus Jadi Motor Pengendali COVID

"Karena itu Satgas harus dioptimalkan. Caranya, ya  dengan cara melibatkan semua elemen masyarakat".

Rahmad Minta Satgas RT/RW Harus Jadi Motor Pengendali COVID
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo meminta Satgas COVID-19 di tingkat RT dan RW berkolaborasi dengan warga, khususnya dengan tokoh masyarakat, tokoh agama serta orang yang dituakan dilingkungan tersebut. Tujuannya, agar pengendalian COVID-19, termasuk membumikan prokes kewarga, pendampingan terhadap pelaku Isoman, bisa lebih efektif dan optimal.
 
“Satgas ditingkat RT, RW harus  jadi motor pengendalian COVID-19, karena itu Satgas harus dioptimalkan. Caranya, ya  dengan cara melibatkan semua elemen masyarakat yang ada dilingkungan tersebut, termasuk tokoh masyarakat dan tokoh agama. Perlu disadari, pengendalian COVID-19 bisa efektif  jika  dilakukan secara goton-royong. ,” kata Rahmad Handoyo kepada wartawan di Jakarta, Jumat (30/7).  

Baca: Oknum TNI AU, Puan: Aparat Jangan Menakutkan Bagi Rakyat !

Menyinggung masih tingginya angka kematian pelaku isolasimandiri (isoman), politisi PDI Perjuangan ini meyakini, bila saja warga ditingkat RT dan RW kompak dan mau bersama-sama menjaga lingkungannya dari ancaman Covid-19, maka tingginya angka kematian pelaku isolasi mandiri (isoman) bisa ditekan.

“Warga yang terjangkit COVID-19 dan melakukan isolasi mandiri dirumah, tentu butuh dukungan dari orang-orang dekat di lingkungannya. Nah, kalau warga kompak memberi bantuan, dukungan serta pendampingan, yakin resiko kematian akan menurun,” katanya.

Dikatakan Rahmad pendampingan terhadap para Isoman itu sebenarnya tidak mudah karena masih banyak masalah yang ditemukan dilapangan. Para isoman yang berada dalam kecemasan, mereka mungkin jadi tertutup karena merasa COVID-19 adalah aib.  

 “Fakta dilapangan, sampai saat ini masih ada sebagian masyarakat yang menganggap COVID-19 itu adalah aib. Termasuk ada juga yang tidak percaya COVID, mereka tidak peduli dan masih tetap berkeliaran meski sudah terpapar Corona. Nah, dalam kondisi seperti ini harus ada gerakan bersama semua elemen masyarakat. Para isoman harus dipantau hari demi hari agar mereka displin menerapkan prokes. Perkembangan kondisi kesehatan mereka harus terbaca, sehingga petugas dapat mengambil langkah-langkah yang tepat penanganan selanjutya,” katanya.

Legislator asal Boyolali, Jawa Tengah ini mengatakan, berbagai persoalan dilapangan bisa lebih mudah diatasi jika Satgas di tingkat RT dan RW melibatkan warga setempat, khususnya tokoh masyarakat yang memang dipercaya oleh warganya.

“Kata kunci keberhasilan pengendalian COVID-19 juga pendampingan terhadap isoman  adalah komunikasi. Nah dalam proses komunikasi ini, tokoh masyarakat bisa berperan aktif sehingga pada ahirnya Satgas RT RW bisa mengendalikan Covid-19 dilingkungannya,” katanya.

Masih menurut Rahmad, keterlibatan seluruh elemen masyarakat  dalam pengendalikan virus corona tak bisa ditawar lagi mengingat saat ini penyebaran virus corona bukan lagi pada level perkantoran tapi di tingkat permukiman warga.

“Sekarang penularan virus corona ada di perkampungan, bahkan sudah di perumahan, di rumah tangga. Karena itu tak ada pilihan lagi, Satgas COVID-19 ditingkat RT, RW harus dioptimalkan,” katanya.

Rahmad menegaskan, bangsa Indonesia tidak akan pernah keluar dari pandemi COVID-19, jika penangannanya hanya dibebankan kepada pemerintah. Dikatakan, pemerintah hanya mengatur strategi perang melawan COVID-19, sementara implementasinya dilakukan secara gotong-royong oleh segenap elemen bangsa.

“Tenaga nakes kita tidak cukup untuk mengawasi para isoman. Rumah sakit kita tidak cukup untuk menampung isoman. Karena itu, semua pihak harus bergotong royong membumikan strategi yang ditetapkan pemerintah,”katanya. 

Baca: Waduh! Bantuan Pangan Non Tunai Diberikan Secara Eceran
    
Menyinggung tentang banyaknya isoman yang meninggal dunia, legislator asal Boyolali, Jawa Tengah ini mengatakan beberapa catatan. Dikatakan, selain edukasi terus menerus terhadap warga, pemerintah tentunya harus memperbanyak produksi obat dalam negeri.
 
“Upaya menekan angka kematian harus jadi perhatian serius. Karena itu para isoman tak bisa dibiarkan sendiri, harus selalu ada pendampingan untuk konsultasi. Komunikasi dua arah menjadi kata kunci,” katanya.

Sekadar catatan, hingga minggu lalu, dikabarkan sebanyak 2.313 orang terapar Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri (isoman) meninggal dunia.

“Satgas RT RW harus optimal karena isoman tidak boleh dibiarkan sendiri. Harus ada pendampingan. Jangan sampai mereka terlambat dibawa ke rumah sakit. Sudah terlalu banyak saudara kita yang gugur,” katanya.

Quote