Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI, Rokhmin Dahuri, menilai pemerintah terlambat merespons temuan kontaminasi zat radioaktif dalam produk udang beku asal Indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat.
Ia mendesak agar pemerintah segera mengambil langkah strategis guna memulihkan kepercayaan pasar global terhadap udang Indonesia.
“Pemerintah menyewa public relation profesional untuk menaikkan kembali citra udang Indonesia,” kata Rokhmin dalam diskusi daring Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Rabu (29/10/2025).
Politikus PDI Perjuangan itu menegaskan, keterlambatan langkah pemerintah bisa berdampak besar terhadap industri udang nasional. Menurutnya, banyak pengusaha udang yang terancam gulung tikar jika ekspor komoditas ini terhambat.
“Rasanya bisa bangkrut semua,” ujarnya.
Rokhmin menjelaskan, udang merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang masuk dalam 10 besar produksi perikanan tangkap nasional, dengan total produksi mencapai 286.248 ton per tahun.
Jika kepercayaan pasar hilang, kata dia, maka sektor hilir akan menanggung kerugian ekonomi yang besar.
“Sektor hilir mengalami risiko ekonomi berupa penurunan dan pembatalan permintaan,” ucapnya.
Ia memperingatkan, Indonesia berpotensi kehilangan pasar ekspor utama, khususnya Amerika Serikat, akibat isu kontaminasi tersebut. Rokhmin memperkirakan, penyerapan pasar udang bisa turun hingga 35 persen, jika tidak ada langkah cepat dan strategis dari pemerintah.
Sementara itu, hasil investigasi Satuan Tugas Penanganan Kerawanan Bahaya Cs-137 (Cesium-137) menyebutkan bahwa cemaran material radioaktif yang ditemukan pada Agustus lalu hanya terjadi di Kawasan Industri Modern Cikande.
Temuan tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, dalam rapat koordinasi bersama TNI-Polri, BRIN, dan Bapeten pada 30 September 2025.
Kasus ini bermula ketika Food and Drug Administration (FDA) dan Bea Cukai Amerika Serikat mendeteksi adanya kandungan radioaktif Cs-137 pada udang beku asal Indonesia di beberapa pelabuhan AS, bahkan produk itu sempat beredar di ritel besar seperti Walmart.
Zulkifli Hasan menjelaskan, dugaan sementara paparan Cs-137 pada produk udang berasal dari kontainer bekas pengangkut scrap besi dari Filipina yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok. Kontainer tersebut diduga mengandung unsur radioaktif dan digunakan kembali untuk mengangkut udang ekspor.
Menurut Zulhas, pemerintah kini tengah melakukan berbagai langkah pengamanan terhadap industri udang nasional serta menjaga kepercayaan pasar dunia terhadap produk perikanan Indonesia.

















































































