Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VII DPR RI Samuel Wattimena mengingatkan bahwa literasi menjadi salah satu kekuatan untuk mengembangkan ekonomi kreatif dan pariwisata di daerah.
"Kalau kita bicara UMKM, bicara pariwisata, kita sangat lemah karena narasi kita, literasi kita lemah untuk mendukung hal tersebut," kata Samuel usai "Bincang Literasi: Ajining Pikir Saka Wacana" di Semarang, Sabtu.
Ia mencontohkan pemilihan kata dalam suatu produk yang itu-itu saja juga membuat orang tidak tertarik karena tidak melihat keunikan dari produk tersebut.
Baca: Ganjar Harap Kepemimpinan Gibran Bisa Teruji
"Kayak tadi saya sampaikan, kita melihat berbagai produk UMKM, 'keripik ini renyah dan gurih', 'kacang ini renyah dan gurih', 'Ini renyah dan gurih'. Lho kok enggak ada kata lain sih selain renyah dan gurih?" katanya.
Kemudian, kata dia, kampung dan desa wisata yang sebenarnya banyak dimiliki daerah dan potensial, tetapi tidak banyak orang tertarik berkunjung karena tidak ada narasi yang menunjang.
"Kita ambil contoh produk asing, Labubu. Produk boneka seperti itu ngantrinya orang beli itu sampai belasan meter. Kenapa? Karena narasi. Dinarasikan dengan benar, bahwa memiliki boneka ini 'you are part of the popularity in the world'," katanya.
Karena itu, ia berharap dengan mengumpulkan para penulis dan pegiat literasi pada kegiatan itu bisa menyadarkan kembali pentingnya literasi untuk mendukung pengembangan daerah.
"Saya berharap kegiatan hari ini bisa saya duplikasi di beberapa kota lainnya. Jadi, di Salatiga, Kendal dan Kabupaten Semarang," kata legislator dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah I itu.
Untuk literasi daerah, termasuk Kota Semarang, ia juga menyoroti minimnya literasi kekinian tentang potensi suatu daerah, padahal keberadaannya sangat penting.
"Kalau buat saya, literasi Kota Semarang kekinian itu kurang. Karena kalau literasi kekinian tidak ada, 10-20 tahun ke depan, identifikasi atau karakter era sekarang tuh yang mana sih? Kan enggak ada datanya," katanya.
Sementara itu, Co-Founder Sangkar Wiku Book Club Maya Dewi menyampaikan bahwa kegiatan itu menghadirkan para pegiat literasi, baik penulis, penyair, dan mereka yang bergelut di klub-klub buku.
Baca: Ganjar Nilai Ada Upaya Presiden Prabowo Rangkul PDI Perjuangan
"Acara ini mengusung tema 'Kembali Mencari Identitas Kota Semarang Melalui Goresan Pena atau Literasi. Kenapa kembali? Berarti kan seolah sudah ada terus hilang terus dicari lagi. Jadi, ada semangat kebangkitan, pemberdayaan," katanya.
Ia ingin membangkitkan kesadaran para pegiat literasi untuk ikut membantu menghidupkan potensi, kekayaan, dan identitas khas yang dimiliki Kota Semarang melalui tulisan.
"Kan banyak banget yang harus dihidupi, 'diuri-uri'. Ke depan, kita ingin Semarang dinarasikan seperti apa sih? Apakah kota yang banjjr atau kota yang menyenangkan untuk ditinggali," katanya.