Sidoarjo, Gesuri.id - Wakil Ketua DPRD Sidoarjo, Suyarno menyampaikan pesan, melainkan melontarkan alarm keras: identitas Sidoarjo sebagai lumbung pangan terancam punah digerogoti alih fungsi lahan yang masif.
Sebagai Bendahara DPC PDI Perjuangan, Suyarno menegaskan bahwa partainya tidak akan tinggal diam. Aksi "kembali ke sawah" yang dilakukan Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sidoarjo bukanlah seremonial, melainkan deklarasi perang melawan ketidakpedulian. Ini adalah wujud dukungan penuh untuk para petani, yang ia sebut sebagai pilar kedaulatan bangsa.
"Kita tidak bisa membiarkan lahan produktif terus-menerus berubah fungsi. Sidoarjo dikenal sebagai Kota Bandeng dan Kota Udang, serta salah satu lumbung padi. Ini adalah identitas tak ternilai, warisan yang tidak bisa begitu saja kita korbankan demi beton dan pabrik," tegas Suyarno, suaranya menggelegar penuh keprihatinan.
Baca: Ganjar Dukung Gubernur Luthfi Hidupkan Jogo Tonggo
Dalam setiap pembicaraannya, Suyarno terus menekankan pentingnya tema yang menjadi fokus utama PDI Perjuangan: "Bumi Lestari, Petani Berdikari." Baginya, ini adalah dua konsep yang tidak terpisahkan dari upaya untuk memajukan Sidoarjo.
Suyarno menjelaskan bahwa "Bumi Lestari" adalah panggilan untuk menghentikan perusakan lingkungan. Ia menegaskan bahwa mengejar hasil panen tinggi dengan mengorbankan kesuburan tanah adalah tindakan fatal.
"Penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan harus kita kurangi. Kita perlu kembali ke praktik pertanian organik yang lebih sehat, demi kelestarian bumi ini," ujarnya.
Baca: Ganjar Harap Kepemimpinan Gibran Bisa Teruji
Sementara itu, "Petani Berdikari" adalah tentang martabat dan kemandirian. "Petani harus menjadi subjek, bukan objek. Mereka harus kuat, mandiri, dan mampu mengelola hasil panennya dengan optimal," tegas Suyarno. Ia percaya bahwa kemandirian petani adalah kunci utama untuk mewujudkan ketahanan pangan yang tangguh di Sidoarjo.
Meskipun memuji inovasi seperti pertanian hidroponik, Suyarno mengingatkan bahwa inovasi saja tidak cukup tanpa komitmen nyata untuk melindungi lahan. "Petani kita harus didorong mengadopsi teknologi baru agar produksi tetap optimal meski lahan menyusut. Namun, semua ini akan sia-sia jika lahan itu sendiri tidak ada," katanya.
Suyarno berharap, Hari Tani Nasional ini menjadi momentum krusial untuk membangkitkan kesadaran bersama. "Pembangunan memang penting, tapi kita tidak boleh melupakan perut kita. Mari kita wujudkan ketahanan pangan dengan mendukung petani, melindungi lahan, dan terus berinovasi," pungkasnya. Kritik Suyarno ini bukan hanya alarm, tetapi juga seruan untuk bertindak, bahwa di balik gemerlap kemajuan, ada sektor vital yang harus diperjuangkan mati-matian demi masa depan Sidoarjo yang berkelanjutan.