Jakarta, Gesuri.id - Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid menegaskan bahwa kekayaan besar yang dimiliki Soeharto bukan hasil pengabdian, melainkan hasil pencurian dan praktik korupsi sistemik selama Orde Baru berkuasa.
Pernyataan ini disampaikan dalam diskusi publik yang disiarkan melalui kanal Gerpol TV, saat ia menyinggung inisiatif global untuk memulihkan aset hasil kejahatan lintas negara.
“PBB waktu itu mengeluarkan inisiatif namanya StAR Initiative atau Stolen Asset Recovery Initiative,” ujar Usman Hamid.
Baca: Mengenal Sosok Ganjar Pranowo. Keluarga, Tempat Bersandar
“Itu inisiatif PBB untuk memulihkan aset-aset yang dicuri.”
Menurutnya, kasus Soeharto menjadi contoh nyata bagaimana kekuasaan bisa digunakan untuk memperkaya diri dan keluarga, sementara rakyat harus menanggung akibat dari korupsi besar-besaran tersebut.
“Tentang Soeharto, itu termasuk kekayaannya dibuka ditampilkan sebagai kekayaan yang diperoleh lewat cara-cara pencurian,” tegas Usman.
“Nama Soeharto bahkan muncul dalam laporan PBB dan Transparency International Indonesia sebagai pemimpin Asia Tenggara yang paling korup.”
Lebih lanjut, Usman mengutip data dari majalah Time yang menempatkan Soeharto di antara 10 pemimpin dunia terkaya, dengan estimasi kekayaan pribadi mencapai 15 hingga 35 miliar dolar AS.
Angka fantastis itu menunjukkan betapa besar kekayaan negara yang diduga dialihkan menjadi harta pribadi selama tiga dekade kekuasaan Orde Baru.
“Dari sepuluh pemimpin dunia yang paling kaya, menurut versi Time, kekayaan swasta Soeharto diketahui setidaknya mencapai 15 sampai 35 miliar dolar,” jelasnya.
Baca: Ganjar Sebut Kehadiran Megawati Bertemu Presiden Prabowo
Usman menegaskan bahwa fakta-fakta ini seharusnya menjadi bahan refleksi, bukan dilupakan atau dibungkus dengan narasi kepahlawanan.
Baginya, pengabdian tidak bisa diukur dari lamanya berkuasa, tetapi dari kejujuran dan tanggung jawab terhadap rakyat.
“Kalau kekayaan itu didapat dari pencurian, maka itu bukan pengabdian itu pengkhianatan terhadap keadilan dan kemanusiaan,” tutupnya.
















































































