Ikuti Kami

Utut Adianto Sebut TNI Harus Terus Didukung, Usai DPR Gelar Rapat Tertutup dengan Panglima TNI

Ia kemudian menyampaikan, jika Komisi I DPR sepalat untuk TNI terus didukung.

Utut Adianto Sebut TNI Harus Terus Didukung, Usai DPR Gelar Rapat Tertutup dengan Panglima TNI
Komisi I DPR RI Utut Adianto.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto, menyampaikan permohonan maaf menggelar rapat tertutup dengan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto serta jajaran kepala stafnya di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (26/5/2025).

"Baru saja kita rapat dengan Panglima TNI hadir pula Pangkostrad, Itjen Mabes TNI, Kabais, dan para Asrena. Intinya kami memang minta maaf harus tertutup karena isunya strategis. Itu pengantar dari saya," kata Utut dalam konferensi pers usai rapat.

Ia kemudian menyampaikan, jika Komisi I DPR sepakat untuk TNI terus didukung.

"Yang paling penting komisi satu sepakat untuk TNI terus didukung dan penguatan dan ujung-ujungnya untuk mendukung pemerintahan Pak Prabowo," katanya.

"Pak Prabowo sebagai pemenang pemilu perlu didukung untuk mewujudkan cita-citanya. Itu poin yang paling penting dari rapat kerja tadi," sambungnya.

Sebelumnya, Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto mengatakan, pihaknya akan segera memanggil Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto terkait terjadinya insiden peledakan amunisi kedaluwarsa yang menyebabkan 13 orang meninggal dunia di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.   

"Jadi, kapan kita memanggil, kita akan segera. Tentu mudah-mudahan sebelum masa sidang ini," kata Utut di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/5/2025). 

Menurutnya, pemanggilan Panglima TNI ini sangat penting, terlebih ini soal keteledoran.

"Ini bukan soal hangat atau tidak, tapi ini soal kemanusiaan dan soal strategi. Kalau seteledor ini, potensi bisa terjadi di mana-mana," ujarnya. 

"Dan kemarin itu ada kolonel yang gugur, ada mayor yang gugur, ada masyarakat sipil yang wafat, ini semua tentu, kita semua berduka dan ini tidak boleh lagi terjadi," sambungnya.

Sementara itu, ia mengatakan, adanya kejadian tersebut bukan soal aturan, tapi sudah menjadi urusan kultur. 

"Nah ini yang harus kita tegaskan. Apakah mereka nggak punya aturan? Ya pasti punya. Tetapi ini lebih kepada sikap, kepada kultur. Ini panjang ngobatinnya, nggak bisa segera. Kayak kamu kawinan, makan secukupnya ngambilnya tetap tiga piring. Yang dimakan sedikit," katanya. 

"Ini ngobatin gini aja udah tiga generasi ini nggak habis. Nah itu berkaitan dengan kultur, berkaitan dengan peradaban," imbuhnya. 

Kendati begitu, ia mengaku masih mau berprasangka baik terlebih dahulu. 

"Tetapi sekali lagi, kita bicara baik, karena kita butuh bicara baik. Kita butuh bicara baik supaya tone-nya baik. Supaya Indonesia kedepan mindset-nya positif," pungkasnya.

Quote