Ikuti Kami

Surat Islam Dari Ende, 22 April 1936

dalam surat dari Endeh, 22 April 1936, Sukarno menyampaikan harapannya kepada A. Hassan.

Surat Islam Dari Ende, 22 April 1936
Ir. Soekarno (Bung Karno)

Assalamu'alaikum, 

Tuan, postpakket yang pertama,
sudah saya terima: postpakket yang kedua
sudah datang pula di kantor pos, tetapi
belum saya ambil, karena masih ada
satu-dua kawan yang belum setor uang
kepada saya, padahal saya sendiri di dalam
keadaan "kering", sebagai biasa sehingga
belum bisa menalanginya. Tapi dalam tempo 
tiga-empat hari lagi, niscayalah kawan-kawan
semua sudah setor penuh. 

Di dalam paket yang pertama itu, ada "ekstra" lagi 
dari tuan, yaitu biji jambu mede. Banyak
terimakasih. Kami seisi rumah, itu hari pesta lagi
makan biji jambu mede, seperti dulu. Juga saya
membilang banyak terima kasih atas tuan punya
hadiah buku serta pinjaman buku. 

Kabar tentang berdirinya pesantren, sangat sekali 
menggembirakan hati saya. Kalau saya boleh
memajukansedikit usul: hendaklah ditambah
banyaknya"pengetahuan Barat" yang hendak 
dikasihkan kepada murid-murid pesantren itu. 

Umumnya adalah sangat saya sesalkan,
bahwa kita punya Islamscholars masih sangat
sekali kurang pengetahuan modern-science.

Walau yang sudah bertitel "mujtahid" dan "ulama" 
sekalipun, banyak sekali yang masih
mengecewakan pengetahuannya modernscience.
Lihatlah misalnya kita punya majalah-majalah
Islam: banyak sekali yang kurang kwaliteit. 

Dan jangan tanya lagi bagaimana halnya kita punya 
kyai-kyai muda. Saya tahu, tuan punya pesantren 
bukan universiteit , tapi alangkah baiknya kalau 
toh Western Sciencedi situ ditambah banyaknya. 
Demi Allah "Islam Science" bukan hanya
pengetahuan Qur'an dan Hadits saja;
"Islam Science" adalah pengetahuan Qur'an dan
Hadits plus pengetahuan umum! Orang tak
dapat memahami betul Qur'an dan Hadits, kalau
tak berpengetahuan umum. 

Baca Juga: Surat Islam Dari Ende, 22 Februari 1936

Walau tafsir-tafsir Our'an yang masyhurpun dari 
zaman dahulu,yang orang sudah kasih
titel tafsir yang "keramat", seperti misalnya
tafsir Al-Baghawi, tafsir Al-Baidlawi, tafsir
Al-Mazhari dan lain sebagainya. masih
bercacad sekali; cacad-cacad yang saya
maksudkanialah misalnya: bagaimanakah
orangbisa mengerti betul-betul firman Tuhan,
bahwasegala barang sesuatu itu dibikin
olehNya"berjodoh-jodohan",  kalau tak
mengetahui biologi,

tak mengetahui elektron, tak mengetahui
positif dan negatif, tak mengetahui aksi dan
reaksi?Bagaimanakah orang bisa mengerti
firmanNya, bahwa "kamu melihat dan
menyangka gunung-gunung itu barang keras,
padahal semua itu berjalan selaku awan", dan
bahwa "sesungguhnya langit-langit itu
asalmulanya serupa zat yang bersatu, lalu kami 
pecah-pecah dan kami jadikan segala barang yang 
hidup daripada air",

kalau tak mengetahui sedikit astronomy? Dan 
bagaimanakah mengerti Ayat-ayat yang
meriwayatkan Iskandar Zulkarnain, kalau tak
mengetahui sedikit history dan archaeology?
Lihatlah itu blunder-blunder lslam sebagai
"Sultan Iskandar" atau "raja Fir'aun yang satu"
atau "perang Badar yang membawa kematiannya 
ribuan manusia hingga orang berenang di
lautan darah"!.

Semuanya itu karena kurang penyelidikan history, 
kurang scientific feeling. 

Baca Juga: Surat Islam Dari Ende, 25 Oktober 1935

Alangkah baiknya kalau tuan punya
muballigh-muballigh nanti bermutu tinggi, seperti
tuan M. Natsir, misalnya! Saya punya keyakinan
yang sedalam-dalamnya ialah, bahwa Islam di sini, 
ya di seluruh dunia, tak akan menjadi bersinar
kembali kalau kita orang Islam masih mempunyai 
"sikap hidup" secara kuno saja, yang menolak
tiap-tiap "ke-Barat-an" dan "kemoderenan". 

Qur'an dan Hadits adalah kita punya wet yang
tertinggi, tetapi Qur'an dan Hadits itu, barulah bisa
menjadi pembawa kemajuan, suatu api yang
menyala, kalaukita baca Qur'an dan Hadits itu
dengan berdasar pengetahuan umum. 

Ya, justru Qur'an dan Haditslah yang mewajibkan
kita menjadi cakrawarti di lapangannya segala
Science dan progress, di lapangannya segala
pengetahuan dan kemajuan. Kekolotan dan
kekunoan dan kebodohan dan kemesuman 
itulah yang menjadi sebabnya ulama-ulama
Hejaz dulu memaksa. 

Ibnu Saud merombak kembali tiang radio Madinah, 
kekunoan dan kebodohan dan kemesuman itulah
pula yang menjadi sebabnya banyak orang tak
mengerti dan tak bisa mengerti sahnya beberapa
aturan-aturan-baru yang diadakan oleh Kemal
Ataturk atau Riza Khan Pahlawi atau Jozef Stalin!
Cara kuno dan cara mesum itulah, juga di atas
lapangan ilmu tafsir yang menjadi sebabnya 
seluruhdunia Barat memandang Islam itu
sebagai satu agama yang anti-kemajuan
dan yang sesat. 

Tanyalah kepada itu ribuan orang Eropa yang
masuk Islam di dalam abad keduapuluh ini: dengan
cara apa dan dari siapa mereka mendapat tahu
baik dan bagusnya Islam, dan mereka akan
menjawab: bukan dari guru-guru yang hanya
menyuruh muridnya "beriman" dan "percaya" saja, 
bukan dari muballigh-muballigh yang tarik muka
angker dan hanya tahu putarkan tasbih saja, tetapi
dari muballigh yang memakai cara penerangan
yang masuk akal,karena 'berpengetahuan umum. 

Mereka masuk Islam, karena muballigh-muballigh
yang menghela mereka itu, ialah
muballigh-muballighmodern dan scientific, dan
bukan muballigh "a. laHadramaut" atau "a I a
Kyai bersorban". Percayalahbahwa, bila Islam 
dipropagandakan dengan carayang masuk
akal dan up-to-date, seluruh dunia akan
sedar kepada kebenaran Islam itu. 

Baca Juga: Surat Islam Dari Ende, 25 Januari 1935

Saya sendiri, sebagai seorang terpelajar, barulah
mendapat lebih banyak penghargaan kepada Islam,
sesudah saya mendapat membaca buku-buku
Islam yang modern dan scientific. Apa sebab
umumnyakaum terpelajar Indonesia tak senang
Islam? Sebagian besar, ialah oleh karena Islam
tak mau membarengi zaman, dan karena
salahnya orang-orang yang mempropagandakan 
Islam: mereka kolot, mereka orthodox,

mereka anti-pengetahuan dan memang tidak
berpengetahuan,takhayul, jumud, menyuruh orang
bertaklid saja, menyuruhorang "percaya" sahaja, 
mesum mbahnya mesum! 

Kita ini kaum anti-taqlidisme? Bagi saya
anti-taqlidisme itu berarti: Bukan saja "kembali"
kepada Qur'an dan Hadits, tetapi "kembali
kepada Qur'an dan Hadits dengan mengendarai 
kendaraannya pengetahuan umum". 

Tuan Hassan, maafkanlah saya punya obrolan ini.
Benar satu obrolan, tapi satu obrolan yang keluar
dari sedalam-dalamnya saya punya kalbu.
Moga-moga tuan suka perhatikannya berhubung 
dengan tuan punya pesantren. Hiduplah tuan
punya pesantren itu! 

Wassalam, 
SUKARNO 


Catatan Kaki:
dalam surat dari Endeh, 22 April 1936, Sukarno
menyampaikanharapannya kepada A. Hassan:
“Alangkah baiknya kalau Tuanpunya muballigh-
muballigh nanti bermutu tinggi, seperti Tuan
M. Natsir, misalnya!”

Quote