Ikuti Kami

Hasutan Jelang 22 Mei: Makar Hingga Seruan Mogok Bayar Pajak

Mobilisasi people power yang sudah terkonsilidasi dengan rapi tersebut semakin tergerak oleh lecutan keyakinan capresnya yang akan menang

Hasutan Jelang 22 Mei: Makar Hingga Seruan Mogok Bayar Pajak
Ilustrasi para pelaku ujaran kebencian dan menghasut people power - Foto: istimewa dari kiri-kanan: Solatun Dulah Sayuti, mantan dosen pascasarjana Unpas Bandung itu ditangkap penyidik Ditreskrimsus Polda Jabar, Jumat (10/5/2019) - Pelaku pengancam akan memenggal kepala Presiden Jokowi, Hermawan Susanto

TENSI politik terasa semakin panas. Meskipun di Bulan Suci Ramadhan, ternyata tidak semua setan dikerangkeng. Buktinya masih banyak pernyataan provokatif bergentayangan, menghasut rakyat dan membuat gaduh suasana yang sudah kondusif.

Adalah Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono yang mengajak pendukung pasangan calon presiden 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk mogok bayar pajak.

Bahkan Arief menyebut kolega di Gerindra dan parpol koalisi BPN Prabowo-Sandi yang tidak mengikuti ajakannya untuk memboikot pemerintah dengan tidak membayar pajak dan tidak masuk Parlemen sebagai SETAN KURAP!

Lucu, miris dan hanya bisa mengelus dada. Kalau menertawakan kekonyolan mereka itu tidak dosa, kita sebagai warga negara yang baik, dan masih waras atau bahasa yang sering mereka gunakan: berakal sehat, lebih baik tertawa saja dengan segala dagelan kubu sebelah.

Belum lagi 'ketidakwarasan' di kalangan pendukungnya. Hasutan lain seperti ancaman akan memenggal kepala Presiden Jokowi jika sampai Prabowo jagoannya kalah, kemudian meneror akan menciptakan huru hara di seluruh Nusantara.

Ada juga hasutan dari seorang pegawai honorer Dinas Sosial Sulawesi Selatan bernama Muhammad Aufar (29) yang ditahan Polisi dalam kasus dugaan ujaran kebencian. Aufar mengunggah status di akun Facebook pribadi yang isinya mengajak orang-orang untuk ikut gerakan people power 22 Mei 2019. Selain itu, di status yang diunggah Rabu (15/5/2019) di akun Muhammad Aufar Afdillah Alham, ia menulis diperkirakan ada 200 korban jiwa saat gerakan people power dilakukan.

Hasutan lainnya ada dari Solatun Dulah Sayuti, mantan dosen pascasarjana Unpas Bandung itu ditangkap penyidik Ditreskrimsus Polda Jabar, Jumat (10/5/2019). Ia ditangkap karena menyebarkan ujaran kebencian di Facebook. 

Dalam postingan yang sadis ia menyebut jika people power tak dapat dielak, 1 orang rakyat ditembak polisi, maka akan ada 10 polisi yang dibunuh. Tulisannya menggambarkan bagaimana polisi itu akan mati dibunuh.

Ada lagi hasutan yang dampaknya sangat luar biasa membuat gaduh: Petugas KPPS yang berjumlah hingga 500 lebih meninggal bukan karena sakit tapi diracun. Adalah pernyataan seorang Dokter ahli syaraf dari RSCM bernama dr Ani Hasibuan yang menyebut “Saya sebagai dokter, dari awal itu udah merasa lucu gitu. Ini bencana pembantaian apa pemilu, gitu ya. Kok banyak amat yang meninggal.”  Meskipun sudah dibantah oleh kuasa hukumnya, kalau kliennya pernah mengatakan petugas KPPS mati karena diracun oleh sejenis cairan kimia sama seperti yang terjadi dalam kasus Jessica Wongso.

Hasutan lain datang dari seorang pria yang diduga eks Danjen Kopassus Soenarko dalam sebuah video yang viral. Soenarko dalam video tersebut mengancam akan melakukan penutupan terhadap gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), jika pada 22 Mei 2019 pengumuman resmi menyatakan Jokowi - Maruf menang.

“Tapi kalau tanggal 22 diumumkan Jokowi menang, kita lakukan kita tutup dahulu KPU, mungkin ada yang tutup Istana dengan Senayan. Tapi dalam jumlah besar. Kalau jumlah besar, polisi juga bingung. Kalau tentara, yakin dia tidak akan bertindak keras,” tutur pria seperti dikutip dalam video.

Tersiar kabar, kubu 02 sudah menyiapkan mobilisasi people power di tanggal 22 Mei 2019: pengumuman hasil Pemilu 2019 oleh KPU RI. Tak ada yang salah dengan people power. Yang inkonstitusional itu, di dalam people power ada narasi atau konten mengajak makar. Mendelegitimasi KPU dan menolak hasil Pemilu.

Beredar broadcast di grup WA, kubu 02 sudah mengkoordinir setiap provinsi untuk mendatangkan para pendukungnya ke Jakarta, dan diberangkatkan oleh orang-orang tajir yang menjadi donatur untuk membelikan tiket pesawat, kereta api atau bis umum. Bahkan ada yang sudah membantu membelikan logistik untuk makan dan minum para pendukung 02 yang akan melakukan people power di tanggal 22 Mei nanti.

Mobilisasi people power yang sudah terkonsilidasi dengan rapi hingga seluruh Indonesia tersebut semakin tergerak oleh lecutan keyakinan capres-cawapres 02 junjungan mereka akan menang. Meski angkanya direvisi dari 62 persen, karena bulan Ramadhan dikorting jadi 54 persen. Entah ada hubungannya atau tidak. Bisa jadi terinspirasi dari banyak mall atau belanja online yang biasanya menawarkan discount besar-besaran di setiap Bulan Ramadhan hingga Lebaran.

Kembali lagi ke soal rencana people power 22 Mei 2019 kubu 02. Untuk ke arah sana, mereka sudah menciptakan berbagai pra-kondisi. Salah satunya adalah simposium internal 02 yang mengungkap fakta-fakta kecurangan Pemilu 2019, Selasa (14/5/2019) di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta yang diharapkan bisa menjadi pelecut utama membakar semangat untuk melakukan people power. 

Dan itu menjadi modal mereka para elite 02 untuk membangkitkan kembali semangat para pendukungnya yang sudah ciut karena tahu jagonya kalah kalau dilihat dari Real Count KPU hingga data masuk sekitar 80 persen, Prabowo masih tertinggal sekira 15,4 juta suara dari Jokowi.

Bahkan, seorang Sandi yang biasanya kalem, dan belakangan sudah waras tidak mau ikut-ikutan klaim kemenangan Prabowo, mendadak 'kesurupan'. "Kami mengajak untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Jaga kedaulatan rakyat," teriak Sandi berapi-api, membakar semangat para pendukung 02 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (14/5).

Dan dalam pertemuannya dengan para relawan pendukung 02 di Surabaya, Sandi kembali menegaskan perlawanannya atas segala dugaan kecurangan Pilpres yang terjadi. "Saya akan terus mendampingi dan mendukung Pak Prabowo. Bersama-sama hadirin semua. Bersama-sama seluruh rakyat Indonesia. Saya akan berjuang sampai titik darah penghabisan," kata Sandi disambut tepuk tangan dan teriakan takbir relawannya di Surabaya, Rabu (15/5/2019).

Seketika asa dan harapan mereka yang sudah patah arang membumbung tinggi kembali. Setelah seorang anak muda tim 02 bernama Hairul Anas yang disebut-sebut sebagai ahli IT dari ITB memamerkan 'Robot Ikhlas pembaca situng' miliknya yang bekerja nonstop memotret layar situng setiap menitnya, dan bisa dilihat hasilnya kapan saja dibutuhkan untuk mengecek kalau ada kecurangan atau kesalahan input data.

Sekilas ngeri sekali. Tapi ternyata tidak ada yang istimewa sama sekali. Toh presentasi Hairul Anas Suaidi, nama lengkap yang konon katanya keponakan mantan Ketua MK Mahfud MD itu dibantah habis-habisan oleh  Guru Besar Ilmu Komputer Profesor Marsudi Wahyu Kisworo.

Kata Prof Marsudi, presentasi Hairul di hadapan Paslon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan para elite BPN serta para pendukungnya tersebut dangkal sekali. Dan robot ciptaan Hairul tidak ada yang istimewa. Mahasiswa IT juga bisa membuat aplikasi robot serupa.

Toh Situng KPU hanya sekadar alat kontrol publik agar sistem penghitungan KPU transparan dan bisa diakses siapa pun.

Dan hasil akhir tetap merujuk UU Pemilu: satu-satunya hasil penghitungan suara yang sah adalah hasil penghitungan suara berjenjang yang dilakukan secara manual, mulai dari tingkat TPS sampai pleno KPU Pusat.

Atas presentasi Hairul yang dielu-elukan para pendukung 02 itu, Prof Marsudi sampai menyebut dirinya sebagai pakar IT abal-abal. Dan tidak perlu menjadi pakar IT untuk membuat robot ikhlas ciptaan Hairul.

Dus, semoga saudara-saudara kita yang akan melakukan gerakan people power di KPU atau titik-titik lain di Jakarta untuk pengerahan massa menolak hasil Pemilu berlangsung secara konstitusional.

Ingat, ada berbagai penyaluran aspirasi untuk menggugat hasil Pemilu. Padahal ada MK yang jelas-jelas independen. Tapi pertanyaannya, kenapa mereka ogah menggugat ke MK? Tanya kenapa.

Berharap Prabowo Legowo

Semua pihak tentu berharap Pemilu yang sudah berlangsung dan tinggal menunggu keputusan hasil penghitungan suara ini bisa happy ending: damai, lancar dan semua pihak menerima.

Seperti yang dikatakan Politisi PDI Perjuangan asal Kalimantan Tengah yang juga Anggota DPR RI periode 2014-2019, Rahmat Nasution Hamka, ia meyakini Capres 02 Prabowo Subianto akan kembali menunjukkan sikap kenegarawanan seperti yang dilakukannya saat Pilpres 2014. Dan dengan jiwa kesatria, Prabowo bahkan menghadiri Pelantikan Presiden Jokowi di Sidang MPR tahun 2014. 

"Mengutip dari pernyataan ibu Megawati bahwa pak Prabowo ini orang baik. Saya sangat sepakat dan setuju sekali, hanya karena kurang diberi info yang valid dan juga orang sekitar beliau juga turut berperan munculnya gambaran perilaku (klaim menang-red) yang nampak akhir-akhir ini," ungkap Rahmat kepada Gesuri.id, Kamis (16/5/2019), 

Bagaimanapun, sambung Rahmat, kita harus menaruh hormat kepada beliau, terlepas dari apapun. "Maka kalau saya berharap kepada semua pihak agar dapat arif dan bijak dalam menyikapi situasi akhir-akhir ini, terlebih jangan kita memancing suasana apalagi memperkeruh keadaan." 

Rahmat mengambil contoh sikap Presiden Jokowi yang sangat santun dan sabar dalam menyikapi situasi sesulit apapun. 

"Menang tanpa harus merendahkan, saya yakin pak Prabowo patriot sejati, beliau pasti akan menunjukkan sikap ksatria pada waktunya nanti. Jadi kepada semua pihak mari kita tetap memelihara persatuan dalam situasi sesulit apapun hanya itu kuncinya bagi kemajuan bangsa kita ke depan," demikian Rahmat Hamka.

Quote