Ikuti Kami

Peranan Perempuan dan Etika Politik dalam Organisasi

Oleh: Kabid Sarinah DPD GMNI Sumatera Utara, Paska Marbun.

Peranan Perempuan dan Etika Politik dalam Organisasi
Kabid Sarinah DPD GMNI Sumatera Utara, Paska Marbun.

Medan, Gesuri.id - Organisasi merupakan wadah yang dapat digunakan sebagai media pengembangan diri, baik oleh laki-laki maupun perempuan. Proses untuk menemukan jati diri, juga dilakukan dalam organisasi.

Oleh karena itu, tak jarang orang-orang yang berorganisasi memiliki karakter berbeda (dalam arti yang positif) dengan yang tidak berorganisasi.  

Organisasi juga merupakan sebuah wadah pemersatu melalui unsur tertentu. Perempuan dan laki-laki dengan berbagai latar belakang situasi maupun identitas akan berdiskusi dan membahas berbagai persoalan yang hendak ditemukan solusinya, melalui organisasi.

Singkatnya, orang yang beroganisasi adalah orang yang telah memilih. Laku, lisan maupun tulisan akan menguji kemampuan diri dalam berorganisasi.

Baca: Hasto: Elektoral PDI Perjuangan Teratas, Hadir Bagi Rakyat

Organisasi tidaklah terlepas dari politik organisasi. Politik organisasi tidaklah lengkap tanpa berbicara tentang etika berpolitik dalam organisasi. 

Pertimbangan etis haruslah menjadi kriteria pengontrol dalam perilaku politi, guna mempengaruhi pihak lain. Etik, merupakan standar moral untuk menilai baik atau buruknya suatu perilaku, berbasiskan norma masyarakat. 

Perilaku politik yang etis adalah perilaku yang bermanfaat untuk individu dan organisasi. Sedangkan perilaku politik yang tidak etis, adalah perilaku yang bermanfaat untuk individu tetapi melukai organisasi.

Sehingga, politik organisasi juga sering menghadirkan kemelut dalam organisasi, karena pendekatannya yang terkesan ketat.

Seharusnya, melalui politik organisasi yang diterapkan kepada anggota, suatu organisasi dapat mempertahankan persaingan dengan organisasi lainnya.

Dalam konteks ini, perempuan tampaknya memiliki lebih banyak tanggung jawab untuk menjaga kemurnian moral. Perempuan juga punya tanggung jawab lebih sebagai identitas kelompok (women as a group identity).

Perempuan punya peran penting dalam setiap konflik yang sedang terjadi di organisasi. Salah satunya adalah sebagai penetralisir konflik.

Perempuan, tak melulu hanya berfungsi sebagai tukang sapu dan pembuat kopi untuk teman-teman di organisasi.

Namun, perempuan juga harus berperan sebagai penetralisir sehingga organisasi bisa terus maju. Kita, para perempuan harus tahu, harus belajar dan banyak diskusi.

Tapi yang terjadi di lapangan, aktivis mahasiswa, aktivis perempuan dan lain sebagainya kadang kala terjebak pada praktik manajemen paradigma rasional, tanpa memperhitungkan kekuatan politik di dalam organisasi.  Walhasil, perubahan organisasi menuju cita-cita organisasi gagal ditempuh.

Berinteraksi satu sama lain adalah suatu keharusan bagi makhluk sosial, termasuk anggota organisasi. Setiap anggota akan membawa minat, kepentingan, persepsi, dan tujuan yang berbeda-beda. Maka sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa dalam menjalankan poltik organisasi sebaiknya dengan perilaku politik yang etis. 

Topik pembahasan jangan itu-itu saja. Sebab dunia terus maju. 

Baca: Ipuk Fasilitasi Pembuatan Foto & Video Promosi UMKM

Orang-orang hanya sibuk memikirkan bagaimana cara mematahkan langkah dan omongan lawan dalam organisasi.  Namun mereka telah lupa tujuan sebenarnya mereka ikut dalam organisasi, sehingga menjadikan mereka tidak lebih dari komplotan preman 'berjubah' organisasi.

Ayo, saudari-saudariku! Sembari melakukan refleksi diri, mari terus bergerak! Karena pergerakan masif diawali dengan inisiatif dan gerakan-gerakan yang pelan, tapi pasti.

Gerak dari minus menuju ke plus sebagaimana tergambar dalam sejarah umat manusia. Itulah yang kita sebut sebagai gerak juang.

Mari bangkitkan kembali pergerakan perempuan, serta ikut dalam perjuangan revolusioner! Jangan ikut arus dan cuma bergerayangan dalam kegelapan!

Quote