Ikuti Kami

Perilaku Pendukung 02 di Karawang, Cermin Karakter Capresnya

Siapapun yang menggunakan kaos, pin, topi, bernama calonnnya, maka ia secara moral mewakili cara berpikir & cara bekerja calon yang didukung

Perilaku Pendukung 02 di Karawang, Cermin Karakter Capresnya
Tiga emak-emak di Karawang yang diamankan polisi karena melakukan kampanye hitam menyerang Capres 01 Joko Widodo - Sumber Foto: Portaljabar,net

ANCAMAN itu nyata di depan mata. Mereka kelompok pendukung capres 02, yang terbiasa bermain politik identitas, SARA dan ujaran kebencian kembali berulah.

Kali ini mereka mengintimidasi pendukung Capres 01. Seorang kakek yang sudah sepuh dan diduga pendukung Paslon 01, Jokowi-KH. Ma'ruf Amin diprovokasi tiga orang emak-emak.

Kejadiannya di Karawang, Jawa Barat. Ketiga emak-emak pendukung garis keras Capres 02 itu door to door ke rumah warga. Dalam sosialisasi kampanyenya, mereka bukannya mengampanyekan prestasi jagoan mereka. Atau memang tidak ada prestasi, jadi bisanya hanya memprovokasi dengan fitnah dan hoax.

Provokasi ketiga emak-emak kelompok capres 02 itu kepada sang kakek pendukung Jokowi: kalau Capres 01 menang, azan tidak akan dikumandangkan lagi. Pernikahan sejenis akan dilegalkan, anak-anak dilarang mengaji, dan Muslimah tidak boleh berhijab.

Kelakuan pendukung adalah cerminan asli wajah atau gaya dari Capres-Cawapresnya. Jika pendukungnya terbiasa kampanye hitam dengan melempar isu SARA dan berita hoax, itulah sejatinya yang biasa dilakukan junjungan mereka: Prabowo-Sandi. 

Siapapun yang menggunakan kaos, pin, topi, bernama calonnnya, maka ia secara moral mewakili cara berpikir dan cara bekerja calon yang didukungnya. Jika pendukungnya melakukan kampanye hitam, menebar fitnah dan menakut-nakuti dengan sesuatu yang tidak sesuai fakta, itu adalah cerminan dari sifat yang didukungnya.

Biadab. Sungguh keji fitnah dan hoax yang mereka semburkan. Mirisnya lagi, mereka dengan beraninya menggedor-gedor pintu warga yang diduga pendukung Paslon 01.

Beruntung ketiga emak-emak itu langsung ditahan pihak kepolisian. Jika dibiarkan, tentu ketiganya akan terus melancarkan aksi provokasi berbalut fitnah dan hoax. 

Ketiga emak-emak itu tentu bukan tanpa perintah atau komando. Atau bisa jadi mereka juga korban dari pemuka agama yang selalu menebar fitnah dan hoax dalam pengajiannya. 

Isu agama memang seksi untuk jadi dagangan kampanye mereka. Karena hanya dengan politik identitas dan isu SARA menyerang Jokowi yang selalu jadi andalan mereka. Ditambah lagi kubu 02 panik elektabilitas jagoannya semakin anjlok. Tak bisa mengejar keunggulan Jokowi-KH. Ma'ruf Amin.

Bisa jadi, masih banyak emak-emak atau gerombolan dari kubu 02 yang dalam kampanyenya memang terbiasa menebar fitnah dan hoax.

Untuk itu, para pendukung 01 diharapkan lebih pro-aktif merespon segala fitnah dan hoax baik dalam kampanye door to door maupun di media sosial.

Dan PDI Perjuangan, sebagai partai politik pendukung Jokowi-KH.Ma'ruf Amin selalu berada di garda terdepan dalam menangkis serangan-serangan kampanye hitam kubu 02. Para kader PDI Perjuangan siap mengawal serangan udara (media sosial) maupun serangan darat seperti yang dilakukan ketiga emak-emak pendukung 02 di Karawang, beberapa waktu lalu.

Kampanye hitam yang videonya viral karena disebar sendiri oleh pelaku melalui akun Instagram pribadinya @citrawida5 telah merusak demokrasi kita. Provokasi dan kampanye hitam tersebut berpotensi merusak kerukunan umat beragama dan meresahkan umat Islam. 

Apa jadinya kalau video tersebut tidak viral dan pelaku tidak ditangkap? Kampanye hitam seperti itu akan terus digencarkan dan bagi para korban yang awam, atau warga yang sepuh seperti kakek dalam video tersebut, pasti akan menelan mentah-mentah fitnah tersebut dan menganggapnya sebagai sebuah kebenaran.

Kampanye hitam dari pendukung kubu 02 kadar bahayanya sama seperti Tabloid Obor Rakyat yang massif disebar di Pilpres 2014. Buktinya, mereka para pendukung kubu 02 masih saja menggunakan politik identitas dan isu SARA sebagai bahan kampanye di Pilpres 2019.

Meskipun sudah banyak orang yang ditangkap karena melanggar UU ITE, melakukan hate speech (ujaran kebencian) dan menebar hoax serta mencemarkan nama baik di media sosial atau dalam kampanye terbuka, tapi tetap saja masih ada yang berani berkampanye hitam seperti itu.

Seperti tidak ada kapoknya kalau belum ditangkap polisi. Belum lagi Neno Warisman, Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi yang secara terbuka dalam doanya mengintervensi Tuhan. 

Seperti orang yang tidak mengerti agama, karena nafsu ingin memenangkan capresnya, hatinya buta sehingga menghalalkan segala cara. Bahkan doa saja sampai mengancam Tuhan dan mengaitkan Pilpres seperti perang Badar.

Quote