Ikuti Kami

Budiman Analogikan Kasus RS dengan Upaya Pemenangan Trump

Upaya intelijen untuk memenangkan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat lalu.

Budiman Analogikan Kasus RS dengan Upaya Pemenangan Trump
Anggota TKN Jokowi-Ma'ruf, Budiman Sudjatmiko (kiri).

Jakarta, Gesuri.id - Anggota TKN Jokowi-Ma'ruf, Budiman Sudjatmiko, menganalogikan kasus hoax Ratna Sarumpaet (RS) dengan upaya intelijen untuk memenangkan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat, atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Baca: Andreas: Masyarakat Harus Sadar, Kasus Ratna Diciptakan

Menurut Budiman, fenomena atau teknik tersebut lazim dikenal dengan sebutan Firehouse of Falsehood.  

Untuk itu, Ia menilai kasus berita bohong Ratna Sarumpaet merupakan sebuah kasus yang direncanakan, bukan sekadar kasus seseorang yang melakukan kebohongan semata.

"Jadi, apa yang terjadi dalam kasus Ratna Sarumpaet adalah bukan sebuah kesalahan, bukan sebuah kekeliruan, tapi suatu kehebohan yang diciptakan, karena memang orang mau dikacaukan dengan kabar palsu," katanya saat konferensi pers di Media Center Cemara Jokowi-Ma'ruf, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (5/10).

Karena disinyalir terencana, Budiman melihat Ratna bukanlah satu-satunya aktor dalam kasus tersebut.
 
"Jadi saya tidak percaya bahwa Ratna adalah pelaku tunggal, saya tidak percaya orang di sekitar Prabowo maupun Prabowo sendiri adalah korban. Karena ini fenomena yang sistematis, mempercayai Ratna sebagai pelaku tunggal sama dengan mempercayai bahwa Lee Oswald adalah pembunuh tunggal John F. Kennedy," imbuhnya.

Politikus PDI Perjuangan itu juga menuding isu kabar bohong Ratna Sarumpaet itu ingin menyasar anggapan bahwa di bawah rezim Presiden Joko Widodo hidup masyarakat Indonesia rentan terancam.

"Orang kritis saja bisa dipukul, apalagi kita. Isu bahwa wanita berumur 70 tahun dipukul itu dieksploitasi oleh bahkan Pak Prabowo sendiri, dan tim lainnya. Untuk menciptakan ketakutan bahwa siapapun bisa terjadi seperti bu Ratna. Kira-kira begitu," lanjut Budiman.

"Penangkapan Ratna menurut saya tidak boleh jadi ujung dari semua cerita, justru dia titik awal cerita," Ia melanjutkan.

Di sini Budiman menyebut ada dua skenario yang muncul. Pertama, jika kebohongan itu tidak ketahuan, semua orang akan menaruh curiga kepada rezim yang selama ini dikritik Ratna. 

Pelaku pemukulan Ratna, kemungkinan besar dianggap sebagai bagian dari rezim.

Baca: 'Hoax' Ratna Sarumpaet, Kejahatan Demokrasi Luar Biasa

Skenario kedua, jika ketahuan, maka Ratna mengakui kesalahannya dan kembali memanfaatkan emosi publik. 

"Mau kabar itu dipercaya oleh masyarakat maupun terungkap sebagai kebohongan, ini sama-sama ada keuntungan elektoral untuk kubu Prabowo," tutup Budiman.

Quote