Jakarta, Gesuri.id - Anggota Baleg DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Edi Purwanto menyoroti persoalan rendahnya kesesuaian antara output pendidikan dan kebutuhan lapangan kerja. Ia menilai, sistem pendidikan Indonesia terlalu menekankan teori sehingga gagal menyiapkan lulusan yang siap kerja.
Ditekankan Edi, banyak sarjana yang justru menjadi "pengangguran produktif" karena kurikulum pendidikan tidak diarahkan pada penguatan keterampilan hidup (life skill).
“Setiap tahun kita mencetak sarjana-sarjana baru, tapi mohon maaf, banyak dari mereka akhirnya menjadi pengangguran produktif karena pendidikan kita tidak mendorong life skill,” ujar Edi dalam Rapat Kerja (Raker) Badan Legislasi (Baleg) DPR dengan Menteri Agama dan Menteri Pendidikan Dasar Menengah (Mendikdasmen) Tentang RUU Guru dan Dosen di Ruang Rapat Baleg DPR, Jakarta, Rabu (19/11).
Menurut Edi, pembenahan paling ideal dimulai dari jenjang SMA. Menurutnya, siswa seharusnya diarahkan pada bidang keahlian yang sesuai minat sejak dini, bukan diajarkan seluruh mata pelajaran secara seragam.
Edi bahkan mencontohkan, apabila seorang anak sejak kecil memiliki minat pada pertanian, maka pendidikan di SMA hingga perguruan tinggi seharusnya diarahkan penuh pada penguasaan ilmu pertanian secara mendalam.
“Kalau dari kecil hobinya pertanian, ya SMA fokus bertani padi selama tiga tahun. Kuliahnya pun tentang padi, sampai ahli benar. Dengan cara ini, produktivitas bisa meningkat dan lulusan kita tepat sasaran,” tegasnya.
Selain itu, Edi juga menilai perlunya penguatan pendidikan pesantren melalui kurikulum pancasilais, bantuan dana, hingga pembentukan Balai Latihan Kerja (BLK) komunitas agar santri tidak hanya ahli kitab, tetapi juga memiliki keterampilan hidup ketika kembali ke masyarakat.
“Santri harus punya kemampuan untuk menghadapi kehidupan. Punya keterampilan, bisa bekerja, bisa menafkahi keluarga. Itu bagian dari tanggung jawab negara,” ujarnya.
Edi menekankan bahwa pembenahan regulasi pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh agar tidak lagi menciptakan lulusan yang tidak terserap lapangan kerja. Ia menutup paparannya dengan mengajak seluruh pihak menyempurnakan norma-norma pendidikan demi kemaslahatan bangsa.

















































































