Ikuti Kami

Yudha Puja Turnawan Ajak Budayawan Garut Jaga Warisan Budaya Sunda

Yudha memilih konsep reses tematik, yang berfokus pada pelestarian seni dan budaya lokal, khususnya kesenian Sunda.

Yudha Puja Turnawan Ajak Budayawan Garut Jaga Warisan Budaya Sunda
Anggota DPRD Kabupaten Garut, Yudha Puja Turnawan.

Jakarta, Gesuri.id – Anggota DPRD Kabupaten Garut, Yudha Puja Turnawan menggelar Reses Masa Sidang I Tahun 2025 dengan tema khusus pelestarian seni dan budaya Sunda.

Yudha memilih konsep reses tematik, yang berfokus pada pelestarian seni dan budaya lokal, khususnya kesenian Sunda.

“Yang hadir hari ini adalah para seniman dan budayawan Sunda dari berbagai wilayah di dapil saya. Tujuannya agar kami bisa mendengar langsung apa aspirasi mereka terkait pelestarian kebudayaan Sunda di Garut,” ujar Yudha. 

Baca: Ganjar Pranowo Tegaskan Demokrasi Harus Dirawat Dengan Baik!

Beberapa tokoh budaya yang hadir antara lain Abah Enday dari Kampung Cibunar, Kecamatan Tarogong Kidul, serta budayawan dari Leles dan Kadungora seperti Kang Engkus dan Pak Jajang Sudrajat. Mereka turut menyampaikan masukan dan keresahan terhadap semakin menurunnya minat generasi muda terhadap kesenian Sunda.

Para seniman menyampaikan sejumlah usulan penting kepada Yudha, di antaranya perlunya fasilitasi ruang pertunjukan rutin bagi seniman Sunda di berbagai destinasi wisata seperti Situ Bagendit, Kampung Cangkuang, Situ Cangkuang, dan Kampung Pulo.

Selain itu, mereka juga berharap agar muatan lokal kesenian Sunda bisa diintegrasikan kembali dalam kurikulum SD dan SMP. Bentuknya dapat berupa pelajaran tambahan atau kegiatan ekstrakurikuler yang mengajarkan kesenian tradisional seperti degung, karawitan, kacapi suling, pencak silat, dan tari-tarian khas Sunda.

Menanggapi aspirasi tersebut, Yudha menyatakan dukungannya penuh. Ia menilai bahwa sekolah memiliki peran penting dalam menanamkan kecintaan terhadap budaya lokal sejak dini.

“Kita akan perjuangkan agar di beberapa sekolah perwakilan di tiap kecamatan bisa mendapatkan bantuan peralatan kesenian Sunda, seperti seperangkat degung. Tujuannya agar anak-anak punya ruang berlatih dan mencintai seni budaya daerahnya sendiri,” tutur Yudha.

Dalam sesi diskusi, Yudha juga menyinggung soal bahaya kepunahan bahasa Sunda yang kini kian terasa di kalangan generasi muda. Ia bahkan mengaku bahwa dirinya pun sering berbicara dengan anaknya menggunakan Bahasa Indonesia, bukan bahasa Sunda, yang mencerminkan realitas sosial saat ini.

“Kalau kita tidak mulai dari rumah sendiri, bahasa Sunda bisa hilang dalam 20 tahun ke depan. Bahasa ibu harus dijaga dan digunakan dalam percakapan sehari-hari,” ucapnya dengan nada reflektif.

Ia pun mengajak para orang tua untuk mulai kembali membiasakan penggunaan Bahasa Sunda di rumah, sebagai bentuk nyata pelestarian budaya.

Kegiatan reses tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berkaitan langsung dengan urusan kebudayaan dan pendidikan. Di antaranya hadir perwakilan dari Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan, dan Bappeda Kabupaten Garut.

Respon dari SKPD dinilai positif. Menurut Kabid Kebudayaan, Pak Teguh, pihaknya akan memperkuat implementasi muatan lokal kesenian Sunda di sekolah serta mendorong penggunaan Dana BOS untuk mendukung pengadaan alat-alat kesenian.

Baca: Mengulik Gaya Kepemimpinan Transformasional Ganjar Pranowo

Selain itu, Pemkab juga akan mengaktifkan kembali kegiatan Pasanggiri Seni Sunda secara rutin di tingkat pelajar dan umum untuk menumbuhkan semangat generasi muda dalam berkesenian.

Salah satu tokoh yang cukup vokal, Abah Enday, menyampaikan keresahan bahwa kesenian Sunda bisa benar-benar hilang jika tidak ada keberpihakan kebijakan dari DPRD dan Pemkab Garut. Ia berharap adanya program konkret, seperti bantuan alat musik tradisional, dukungan sanggar seni, serta pergelaran budaya secara berkala.

Menanggapi hal itu, Yudha berkomitmen akan membawa semua masukan tersebut ke forum DPRD dan menyampaikannya kepada Bupati Garut.

“Perda tentang Pemajuan Kebudayaan sebenarnya sudah ada sejak 2022. Tugas kita sekarang adalah mengimplementasikannya, bukan hanya di atas kertas, tetapi lewat tindakan nyata untuk kebudayaan Sunda,” tegasnya.

Quote