Ikuti Kami

Survei: Whisnu Sakti Raih Elektabilitas Tertinggi di Pilwali

Berdasarkan hasil elektabilitas indikatif dari survei lembaga konsultan politik, IPOL Indonesia.

Survei: Whisnu Sakti Raih Elektabilitas Tertinggi di Pilwali
Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana.

Surabaya, Gesuri.id - Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana meraih elektabilitas tertinggi untuk melaju ke Pilkada 2020. 

Itu berdasarkan hasil elektabilitas indikatif dari survei lembaga konsultan politik, IPOL Indonesia.

Baca: Pilkada Surabaya, Whisnu Sakti Fokus Penguatan Identitas

Whisnu yang juga Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim ini mendapat 1766 ekspose sebagai bakal calon Wali Kota Surabaya.

Berdasarkan penjelasan CEO Lembaga Riset IT Research Politic Consultant (IPOL) Indonesia, Petrus Haryanto, elektabilitas indikatif didasarkan oleh beberapa indikator.

Di antaranya, popularitas di media massa, kemunculan di berbagai platform sosial media (Facebook, Instagram, Twitter), serta keberadaan tim calon di lapangan (random work survei).

"Kami melihat tren pembicaraan tantang calon di masyarakat. Mulai dari pembicaraan di udara hingga pembicaraan di lapangan. Ketika kami menggunakan kata kunci isu Pilwali (pemilihan walikota), figur ini yang paling banyak disebut," kata Petrus pada acara temu jurnalis di Surabaya, Kamis (14/11).

Menariknya, di bawah nama Whisnu justru ada nama Eri Cahyadi, pria yang saat ini menjadi Kepala Badan Pengembangan dan Perencanaan (Bappeko) Kota Surabaya. Eri mendapatkan 877 ekspose masyarakat di Surabaya.

Sedangkan di bawah dua figur tersebut ada beberapa figur potensial lain. Di antaranya Armuji (Anggota DPRD Jatim dari dapil Surabaya) dengan 488 ekspose, KH Zahrul Azhar (politisi Golkar sekaligus Sekjen Jaringan Kiai Santri Nasional) dengan 331 ekposes, hingga Samuel Teguh Santoso (Ketua DPD Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Kota Surabaya) dengan 148 ekspose.

Sekalipun demikian, jumlah ekspose tersebut masih jauh dari tingkat keterpilihan.

"Idealnya, untuk bisa terpilih harus mencapai 50 ribu hingga 100 ribu ekpose," katanya.

Apalagi, ekspose terhadap calon belum tentu berisi pemberitaan positif. "Kami belum mengkaji lebih dalam terkait isu yang dibawa, apakah positif atau negatif. Kedepan akan kami sampaikan," kata Vanila Kraska, Direktur Komunikasi dan Riset iPOL Indonesia di tempat yang sama.

Baca: Whisnu Sakti Buana Resmi Maju Pilwali Surabaya

Apabila tren pemberitaan cenderung negatif, maka justru akan mendegradasi potensi keterpilihan. "Untuk saat ini, semua peluang memang masih terbuka. Kalau semakin banyak positifnya bisa melambung, begitu pun sebaliknya," katanya.

Sehingga, para calon masih memiliki tugas besar dalam meningkatkan potensi menang. Di antaranya dengan semakin intensif bersosialisasi baik di media maupun dengan turun langsung ke masyarakat.

"Kalau mau menang, tantangannya memang harus mau ngecat langit (sosialisasi di media) sekaligus mengecat tanah (menyapa masyarakat). Ini berlaku untuk semua calon, apalagi bagi new-comer," pungkas Petrus.

Quote