Yogya, Gesuri.id - Kisah perjalanan hidup Endro Sulaksono menunjukkan bahwa dunia politik tidak selalu berawal dari cita-cita, tetapi sering lahir dari rangkaian pengalaman hidup yang membentuk karakter seseorang. Dalam sebuah episode Program Dari Mata Dewan DPRD Kota Yogyakarta di kanal YouTube RBTV Jogja, Endro membuka perjalanan panjangnya sejak masa kecil hingga akhirnya mantap meniti karier politik.
Endro tumbuh dalam keluarga yang menanamkan dua nilai utama: menghormati orang tua dan berani menentukan pilihan sendiri. Ia mengenang bagaimana sejak kecil sudah terbiasa menyampaikan pendapat dengan jujur. Salah satu momen yang membekas adalah ketika ia meminta pindah sekolah saat kelas 4 SD. Keluarganya memberi kesempatan bagi dirinya untuk mengambil keputusan, sebuah dukungan yang kelak membentuk keberaniannya berbicara di ruang publik.
Yang menarik, Endro sama sekali tidak membayangkan akan terjun ke politik. Masa kecilnya justru diwarnai mimpi menjadi tentara. Ia gemar kegiatan baris-berbaris dan disiplin ketentaraan. Semasa SMA, ia bahkan pernah menjadi komandan upacara. Namun langkahnya terhenti ketika tidak lolos seleksi lanjutan di tingkat kota. Meskipun begitu, nilai kedisiplinan dan semangat patriotisme tetap tertanam kuat dalam dirinya.
Perjalanan hidup kemudian membawanya ke Fakultas Hukum, tempat ia melihat kesempatan untuk membantu masyarakat melalui jalur advokasi. Pilihan ini menjadi titik balik penting. Ia mulai memahami persoalan masyarakat dari akar rumput dan menyadari bahwa banyak masalah hanya bisa diatasi melalui jalur kebijakan dan politik.
Ketertarikannya pada dunia satgas PDI Perjuangan muncul karena kedekatan visual seragam satgas dengan atribut militer—sebuah nostalgia dari cita-cita masa kecil. Namun lebih dari itu, ia melihat peran satgas sebagai garda depan yang melayani masyarakat sekaligus menjaga marwah partai.
Dari sinilah perjalanan politiknya dimulai. Endro tidak langsung menduduki posisi strategis, melainkan menapaki struktur partai dari level paling bawah. Ia berawal dari anak ranting, kemudian ranting, hingga akhirnya dipercaya menjadi bagian penting di tingkat Pengurus Anak Cabang (PAC). Setiap jenjang memberinya pengalaman baru tentang karakter masyarakat, dinamika organisasi, dan cara menyelesaikan persoalan publik.
Endro menyebut proses panjang itu sebagai “sekolah kehidupan” yang justru lebih membentuknya dibandingkan bangku kuliah. Ia belajar mendengarkan aspirasi warga, menyelesaikan konflik, serta memikul tanggung jawab kolektif dalam organisasi.
Baginya, politik kini bukan hanya profesi, tetapi ruang pengabdian. Perjalanan sejak masa kecil hingga satgas PDI Perjuangan mengajarkannya bahwa keberanian, disiplin, dan kejujuran adalah fondasi utama seorang politisi. Ia berharap kisahnya bisa menginspirasi generasi muda untuk tidak takut memulai dari bawah dan terus berpegang pada nilai-nilai yang membentuk karakter mereka.

















































































