Jakarta, Gesuri.id - Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan PP Baitul Muslimin Indonesia ( Bamusi) Faozan Amar mengapresiasi rencana pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) untuk menghapus materi perang dalam sejaran kebudayaan Islam di Kurikulum Madrasah.
Menurut Faozan, hal itu bermanfaat sebagai langkah preventif untuk mencegah terjadinya konflik di masyarakat.
Baca: Ganjar Guyur Ratusan Miliar Bagi Guru Madrasah dan Pesantren
Namun demikian, lanjut Faozan, menghilangkan semuanya tentu tidaklah tepat. Sebab tidak semua peperangan itu berkonotasi negatif.
“Misalnya perang yang dilakukan untuk membela diri dari serangan musuh dan dalam keadaan terdesak, kan bagus juga untuk disampaikan. Masa kita diserang musuh diam saja, dimana jiwa patriotismenya?”, ujar Faozan kepada Gesuri.id di Jakarta, Rabu (18/9).
Karena buku itu belum diuji publik, tambah Faozan, maka masyarakat dapat memberikan masukan yang konstruktif demi kesempurnaan buku tersebut.
Sehingga, kurikulum yang tengah digodok oleh Kemenag akan semakin mendapatkan pengayaan dari masukan masyarakat.
“Dengan demikian, maka buku yang akan menjadi referensi dalam kurikulum di madrasah betul-betul mencerdaskan dan mencerahkan para peserta didik,” pungkas Faozan.
Baca: Hamka Prihatin Kondisi Madrasah di Tanah Air
Seperti diketahui, Kemenag menyatakan tidak ada lagi materi tentang perang dalam pelajaran sejarah kebudayaan Islam di madrasah pada tahun ajaran baru 2020. Langkah tersebut dilakukan agar Islam tidak lagi dianggap sebagai agama yang selalu dihubungkan dengan perang.
Sebagai gantinya, akan dimasukkan materi mengenai masa-masa kejayaan Islam. Meliputi kejayaan Islam di dunia dan Indonesia.