Ikuti Kami

Lawan Radikalisme & Terorisme, Anton Serukan Perang Ideologi

Anton menyerukan agar musuh itu dilawan bersama-sama seluruh komponen bangsa. 

Lawan Radikalisme & Terorisme, Anton Serukan Perang Ideologi
Mantan Kadiv Humas Polri Irjen (purn) Anton Charliyan.

Jakarta, Gesuri.id - Mantan Kadiv Humas Polri Irjen (purn) Anton Charliyan memiliki pandangan khusus terkait peristiwa penembakan oleh seorang wanita muda yang teridentifikasi bernama Zakiah Aini di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri), Jakarta, Rabu (29/3). 

Anton menegaskan, peristiwa itu menunjukkan bahwa kelompok Radikal sudah ada di titik zona 'lampu merah', bukan hanya untuk Polri tapi untuk seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia.

"Untuk hal ini, saya mengingatkan agar seluruh komponen bangsa membuka mata dan hati dengan jernih,  bahwa musuh bangsa ini sudah ada di depan mata," ujar Anton.

Anton pun menyerukan agar musuh itu dilawan bersama-sama seluruh komponen bangsa. 

Baca: Tjahjo Ingatkan ASN Waspadai Ancaman Paham Radikalisme

"Saat ini bangsa Indonesia  harus kompak menabuh genderang untuk melawan kelompok radikal dengan sangat serius," tegas Mantan Kapolda Jabar itu. 

Anton menegaskan, kaum Radikalis dan teroris itu harus dikikis habis sampai ke akar-akarnya. Hal itu sejalan dengan pesan Presiden Jokowi beberapa waktu yang lalu.

Sebab, ujar Anton, kalau tidak dikikis habis, kaum radikalis dan teroris itu setiap saat pasti akan terus merongrong bangsa dan Negara ini dengan segala cara. 

"Ibarat penyakit, kaum Radikalis dan teroris itu sudah jadi penyakit kronis. Bahkan saat ini mereka bukan hanya sebagai penyakit, tapi sudah menjadi habitus kronis di Indonesia," ujar Anton

Mantan Kapolda Sulsel itu juga melanjutkan, semua komponen bangsa juga harus mewaspadai keamanan internal Polri. Menurut Anton, tidak menutup kemungkinan di tubuh Polri pun ada yang sudah terpapar gerakan ini. 

Anton mengamati gerakan radikal ini sudah begitu masif masuk ke segala lini. Salah satu alternatif solusinya, menurut Anton penanganan masalah ini seharusnya bukan hanya bersifat operasi lapangan secara fisik saja.

"Karena gerakan ini lebih kepada indoktrinasi secara ideologi, maka cara memerangi dan mengantisipasinya pun harus dengan perang ideologi. Perang ideologi secara masif dan terstruktur karena mereka pun bila kita amati sudah melakukan  indoktrinasi secara masif dan terstruktur ke segala lini, tidak tekecuali mahasiswa, dosen  BUMN, ASN, bahkan TNI dan Polri pun tidak tertutup kemungkinan sudah ada yang terpapar," ujar Anton. 

Mantan Kapolwil Priangan itu melanjutkan, jika TNI Polri sudah terpapar Ideologi radikalis, maka itu pertanda negara akan mengalami "sakit kronis" yang panjang.

Anton mengungkapkan, salah satu upaya mengobarkan perang ideologi ini  pernah dilakukan oleh Polda Jabar ketika dipimpin dirinya tahun 2017.

Kala itu, Polda Jabar mengadakan  semacam pelatihan singkat berwujud camping out bond selama 3 hari khusus membahas masalah radikalisme dan intoleransi  dengan mengikutsertakan  kader-kader masyarakat, mulai dari kader atau tokoh-tokoh kelompok LSM, ulama,  dosen, mahasiswa, budayawan dan sebagainya. Kegiatan itu bernama Sawala Kebangsaan. 

"Kegiatan itu kami gelar agar semua kalangan sadar  bahaya radikalisme. Karena untuk menangani masalah ini, sebagaimana kita sadari bersama,  bukan hanya tanggung jawab Polri semata,  tapi harus menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. Polri tidak bisa bekerja sendiri, tapi mutlak harus dibantu seluruh elemen masyarakat," ujar Anton. 

Namun, sambung Anton, baru tiga kali  dilaksanakan kegiatan itu tidak sempat berlanjut karena pola ini membuat gerah serta takut kelompok-kelompok radikal.

Dan seperti biasanya, kaum radikalis itu melakukan pembusukan-pembusukan, hoaks, dan berbagai hal negatif lainnya terhadap upaya-upaya Polda Jabar tersebut.

Baca: Presiden Jokowi Minta GMNI Konsisten Lawan Radikalisme

Walhasil, pola yang dilakukan Polda Jabar ini mendapat respon kurang positif baik dari pihak internal maupun dari Mabes Polri sendiri. 

Maka, sambung Anton, dengan adanya peristiwa ini membuat 'PR' Polri di awal tahun 2021 ini semakin banyak.

" Lalu apakah semua peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini ada keterkaitan satu dengan yang lainnya? Mulai dari tertembaknya anggota FPI, Sidang Rizieq Shihab, Pemboman Makassar, Ledakan Pertamina Balongan dan sekarang Penembakan Mabes Polri? Itu 'PR' besar Polri dan PR yang harus kita jawab bersama! Masih akan munculkah  aksi-aksi lain yang akan terjadi?" ujar Anton. 

"Insya Allah dengan kebersamaan Polri, TNI dan seluruh elemen masyarakat semua akan teratasi. Semoga kejadian penembakan di Mabes Polri ini merupakan yang terakhir," tambahnya.

Quote